Omicron Masuk Surabaya, Pemkot Belum Punya Role Model
OMICRON sudah masuk di Surabaya. Pasiennya baru satu. Ia diduga tertular di Bali. Terpapar saat liburan di Bali.
Pada Selasa (4/1) malam Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis update kasus Omicron di Indonesia. Sudah ada 254 kasus. Sebanyak 239 kasus merupakan pelaku perjalanan internasional. Yakni, dari Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat. Sisanya merupakan transmisi lokal.
Sayang, meski sudah sampai Surabaya, pemkot belum punya role model penanganan Omicron. Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Nanik Sukristina menjelaskan, sampai kemarin dirinyi belum merapatkan terkait mitigasi penanganan Omicron. ”Sebentar lagi kami akan rapatkan,” ungkapnyi.
Namun, Nanik sudah memiliki gambaran. Yakni, mengaktifkan kembali kampung tangguh. Baginyi, mekanisme itu bisa efektif menangkal Omicron. Karena bisa membatasi pergerakan masyarakat di lingkup RT maupun RW.
Selain itu, rencananya rumah sakit darurat akan kembali difungsikan. Misalnya, Gelora Bung Tomo dan Rumah Sakit Lapangan Tembak. Tapi, tempat itu akan diaktifkan jika kasus Omicron sudah membeludak. ”Semoga tidak meledak kayak Juli lalu,” ungkap mantan sekretaris dinas sosial itu.
Dinkes juga akan meningkatkan testing dan tracing untuk warga positif Covid-19. Bahkan, rencananya swab hunter akan difungsikan lagi. Namun, masih menunggu waktu yang tepat untuk pelaksanaannya.
Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Surabaya Tjutjuk Supariono menjelaskan, belakangan ini dinkes kurang memperhatikan tracing. Bahkan, pada laporan 23 Desember 2021, tingkat tracing di Surabaya 0.
Hal itu memperlihatkan kinerja Pemkot Surabaya menurun. ”Jangan sampai Surabaya terlena. Sayang segala upaya yang sudah dilakukan sejak kasus Delta dulu,” ungkap politikus PSI itu.
Tjutjuk juga minta pemkot segera membentuk role model untuk mencegah persebaran Omicron di Surabaya. Menurutnya, jika aturan itu tidak segera dibuat, boleh jadi kasus Juli 2021 bisa terulang.
Saat itu pemkot sempat menutup Jembatan Suramadu. Sebab, warga Bangkalan dikabarkan terpapar varian Delta. Tapi, masyarakat Madura merasa keberatan dengan penutupan itu. Sebab, mereka harus menjalani swab ketika hendak masuk ke Surabaya.
”Jangan sampai kebobolan lagi. Lebih baik menyiapkan obat sebelum sakit. Ketimbang tidak ada obat saat sakit,” katanya. (Andre Bakhtiar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: