Kebencian, Yang Lolos dan Yang Dibui

Kebencian, Yang Lolos dan Yang Dibui

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam buku mereka, No Easy Choice: Political Participation in Developing Countries (Harvard University Press, 1/1/1976), menyebutkan:

Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi. Bertindak untuk memengaruhi keputusan pemerintah.

Partisipasi dapat dilakukan secara individu. Atau bersama-sama. Terorganisasi dan spontanitas. Terus-menurus atau sporadis. Secara damai atau kekerasan. Legal atau ilegal. Efektif maupun tidak efektif.

Di negara-negara kaya, partisipasi politik bersifat mandiri. Partisipasi dilakukan

atas inisiatif sendiri. Yang didasarkan pada rasa kepedulian warga terhadap dunia.

Di negara-negara berkembang dan miskin, partisipasi politik dipengaruhi faktor lain-lain. Bahkan, mungkin partisipasi politik dipaksa oleh pihak lain. Dengan imbalan. Oleh pemaksa terhadap yang dipaksa.

 Sebab, masyarakat di negara-negara miskin, jangankan mikir politik, mikir cari nafkah saja sulit. Tidak sempat memikirkan negara. Juga, umumnya warga di negara miskin juga kurang pendidikan. Karena sulit bayar sekolah.

Huntington dan Nelson membagi partisipasi politik dalam beberapa bentuk, yakni:

1) Electoral activity. Segala bentuk kegiatan yang secara langsung ataupun tidak langsung berkaitan dengan pemilu.

2) Lobbying. Tindakan seseorang ataupun sekelompok orang menghubungi pejabat pemerintah ataupun tokoh politik. Menyangkut masalah tertentu yang memengaruhi kehidupan mereka.

3) Activity. Keterlibatan warga dalam berbagai organisasi sosial dan politik, baik sebagai pemimpin, aktivitas, maupun anggota biasa.

4) Contacting. Partisipasi yang dilakukan warga negara dengan cara langsung mendatangi tempat-tempat bertugas. Menghubungi lewat telepon pejabat pemerintah maupun tokok politik. Baik dilakukan secara individual maupun kelompok.

5) Violance. Cara-cara kekerasan untuk memengaruhi massa dan pemerintah. Teori itu punya kecocokan dengan kondisi Indonesia sekarang. Ujaran kebencian cuma letupan kecil dari partisipasi politik masyarakat.

Tapi, detail tingkatan kecocokan teori itu dengan kondisi kita sekarang bisa Anda reka-reka sendiri. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: