Asrama Haji Lebih Manusiawi, Lapangan Tembak Mulai Siaga
Banyak yang tidak mau masuk ruang isolasi terpadu (isoter) di Surabaya. Fasilitas Hotel Asrama Haji (HAH) dikeluhkan pasien. Dinding mengelupas, kamar mandi kotor, hingga lift mati. Pemkot merombaknya jadi tempat yang lebih manusiawi dalam satu pekan.
HUJAN mengguyur Surabaya timur pukul 10.00 sesaat setelah Wali Kota Eri Cahyadi tiba di Hotel Asrama Haji (HAH) kemarin (7/2). Eri menunggu rombongan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jatim yang dijadwalkan tiba pukul 11.00.
Sejumlah kepala dinas dan asisten wali kota masih sibuk memastikan ruangan sudah siap sebelum dipantau gubernur. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Surabaya Erna Purnawati menyalakan kulkas yang disediakan di masing-masing ruangan. “Coba cek. Opo wis adem (apa sudah dingin, Red),” ujar mantan kepala dinas pekerjaan umum bina marga dan pematusan (DPUBMP) itu.
Kulkas adalah fasilitas baru yang disediakan pemkot. Pasien yang dirawat di Asrama Haji banyak mendapat kiriman makanan dari keluarga. Tanpa lemari es, makanan itu bisa cepat basi.
Kabel wi-fi juga terpasang di semua lantai. Baik di gedung Shofa maupun Zam-zam. Sedangkan dispenser air sudah disiapkan di masing-masing lantai.
Pemkot ingin membayar kekecewaan warga pekan lalu. HAH jadi sorotan nasional. Tempat isolasi terpadu (isoter) terbesar di Surabaya itu ternyata tak terawat. Maklum, HAH hanya menerima pasien yang bisa dihitung jari selama Oktober 2021 hingga Januari 2022.
Tiba-tiba pasien meroket sepekan terakhir. Sehari bisa sampai 300 pasien. Kebutuhan ruang isolasi mendadak naik, sementara ruangannya belum disiapkan secara sempurna.
Sepekan terakhir, satgas dinas perumahan rakyat kawasan permukiman dan pertanahan (DPRKPP) memperbaiki gedung yang sudah terisi pasien itu. Wali Kota Eri Cahyadi meminta maaf kepada pasien yang merasa terganggu dengan renovasi itu. “Karena jumlah yang sakit banyak. Perbaikan dilakukan berbarengan,” kata Eri seusai sidak di HAH bersama Forkopimda Jatim.
Kini ruangan HAH sudah lebih bersih. Sprei kasur dan sarung bantal sudah diganti baru. Wallpaper dan dinding yang rusak sudah diperbaiki seperti gedung baru. Lift yang sempat macet juga sudah bisa dicoba hingga lantai empat.
Lift sangat krusial di Asrama Haji. Sebab beberapa pasien masih mengalami gejala ringan batuk dan pilek. Kalau naik tangga ke lantai 4, mereka bisa ngos-ngosan. “Pokoknya kami buat warga Surabaya nyaman dirawat di sini,” lanjut Eri.
Ruang instalasi gawat darurat (IGD) juga diperbaiki. Lengkap dengan fasilitas ventilator. Sementara, cadangan gas oksigen juga sudah diisi penuh.
Eri meyakini bahwa kekacauan yang pernah terjadi pada Juni-Juli tahun lalu tidak akan terulang. Varian Omicron memang lebih cepat menular. Namun. tingkat keparahannya tidak seperti varian delta. Mayoritas pasien Omicron Surabaya tidak bergejala. Sedangkan yang bergejala sedang hanya mengalami demam, batuk atau pilek.
Ventilator disiagakan untuk pasien yang terkena varian Delta. Perlu diingat bahwa, salah satu varian Covid-19 paling berbahaya itu masih belum hilang.
Eri juga menginstruksikan agar semua rumah sakit tidak merawat pasien yang bergejala ringan. Mereka harus dirujuk ke isoter agar bed di RS bisa diprioritaskan untuk pasien yang lebih membutuhkan. Sebab, meningkatnya varian Omicron juga berbarengan dengan tingginya pasien demam berdarah.
Hingga kemarin bed occupancy rate (BOR) Surabaya masih di bawah 20 persen. Selama bisa mempertahankan angka itu, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Surabaya tetap level 1. Kegiatan perekonomian tetap bisa bergulir tanpa pembatasan ketat. “Yang kami kurangi hanya pembelajaran tatap muka. Mulai hari ini (kemarin, Red) masuk 50 persen,” jelas wali kota kelahiran 27 Mei 1977 itu.
GUBERNUR JATIM Khofifah Indar Parawansa (kanan), Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (dua dari kiri) bersama Forkopimda Jatim melihat salah satu kamar di Hotel Asrama Haji Surabaya kemarin.
(Foto: Julian Romadhon-Harian Disway)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: