Jendral, Maskot Kambing Senduro
Tak banyak pemuda yang menjadi peternak. Di antara yang sedikit itu, salah satunya nyempil di Desa Sumberrejo, Kecamatan Senduro, Lumajang. Tak bisa dibilang main-main. Mereka bahkan mendirikan komunitas. Namanya: Padepokan Kambing Senduro.
----------------------
SIANG kemarin (6/3) sekitar sepuluh orang sedang duduk di gazebo Padepokan Kambing Senduro. Usia mereka rata-rata 30 tahun. Mereka tergabung dalam Perkumpulan Peternak Kambing Senduro Indonesia (Perkasi). Gazebo yang cukup panjang itu dikelilingi kandang kambing.
Tapi, itu bukan sekadar kambing biasa. Sekitar 40 kambing tersebut merupakan ras kambing senduro. Salah satu ras kambing lokal asli Indonesia. Bahkan, telah dipatenkan Kementerian Pertanian pada 2014.
”Di Indonesia hanya ada dua ras asli. Satunya kambing kaligesing dari Jawa Tengah,” kata Agus Sulianto, bendahara DPC Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia, yang duduk di bagian pojok gazebo. Bau padepokan itu sangat khas. Kadang sesekali juga terdengar kambing yang mengembik.
Nah, singgasana si Jendral persis di belakang gazebo itu. Ia menempati salah satu kandang kayu yang disekat-sekat. Urutan kedua dari kiri.
Tentu saja yang dimaksud bukan jenderal tentara. Namun, hanya satu nama di antara puluhan kambing di situ. Ada juga yang diberi nama ATM, Maharaja, Putri Salju, Mandalika, hingga Mike Tyson.
Si Jendral tak terlihat aktif. Empat kakinya bersimpuh. Matanya setengah merem. Daun telinganya cukup panjang. Lebih panjang daripada janggut putihnya. Kombinasi pas yang membuatnya seperti kambing malas.
”Jen, ayo tangi. Hus..huss..ayo tangi, Jen!” seru pemilik padepokan Rochan Arifin sambil mengetuk-ngetuk pembatas kandang bagian depan. Si Jendral pun seolah kaget. Ia langsung berdiri dalam sekejap. Mengeluarkan kepalanya dari pembatas kandang. Lalu, melongok-longok di tangan Cak Iping, sapaan karib Rochan Arifin.
Si Jendral punya postur yang sangat besar. Kambing senduro jantan itu punya tinggi 104 cm. Hampir sebahu orang dewasa. Bahkan, panjangnya 1,5 meter dan bobotnya 156 kilogram. Kalau saja baunya tidak prengus, pasti orang akan menyangka ia anakan kuda putih.
Postur besar itulah yang justru mendatangkan untung bagi Cak Iping. Puluhan trofi diraih dari sekian banyak kontes. Baik lokal maupun nasional. Prestasi terakhir menyabet gelar double winner pada kontes nasional di Malang pada 2019.
”Itu jadi gelar yang paling tinggi. Usianya saat itu masih 3 tahunan. Sekarang Jendral jadi maskot kambing senduro,” kata bapak tiga anak itu. Jadi, Jendral tidak hanya juara di kelas bobot. Tetapi, juga menjuarai kelas seni.
Tentu, menjuarai dua kelas sekaligus itu diraih bukan tanpa perjuangan. Dibutuhkan perawatan yang intens. Apalagi, untuk kelas seni yang penilaiannya ada 13 parameter.
Seluruh bagian kambing menjadi bahan penilaian. Mulai gigi, telinga, bulu, ekor, hingga kaki. Lalu, dinilai keserasian dari seluruh bagian tubuhnya itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: