Bali sebagai Identitas Diri dan Karya
Tampak garis-garis biru melengkung seperti tak berpola. Padahal jika diamati lebih dalam, hal itu membentuk objek gunung. Detail daun-daun emas yang tertoreh di beberapa sudut dan matahari yang memancar di tengah kedua puncaknya adalah gambaran fajar.
Kesan Bali terasa kuat dalam karya-karya Made Gunawan yang memang lahir dari keluarga seniman dan tumbuh besar dalam tradisi Pulau Dewata.
”Coba amati lagi ya. Di antara garis-garis dalam lukisan Good Morning #3 itu terdapat beberapa sisi yang saya biarkan kosong. Selain untuk estetika komposisi, bidang kosong tersebut dapat memberi makna lain. Tentang apa itu terserah yang melihat saja,” bebernya.
Tentang Living in Harmony, tema itu sebenarnya juga menunjuk teknik melukis Made Gunawan yang penuh narasi harmoni. Itu bisa dibuktikan dari latar belakang warna lukisan Made Gunawan yang pencampurannya berlapis-lapis. Ada tumpang tindih antara sapuan kuas, lelehan, hingga cipratan cat akrilik.
Ia menyebutnya sebagai nyawi atau kontur lukisan. Ia membuatnya dengan sebuah alat berbahan alam. Berbentuk seperti pena yang dibuat dari batang bambu. ”Ujungnya saya runcingkan seperti pena. Saya celupkan ke dalam cat lalu menggoresnya untuk melukis. Biasanya untuk finishing,” ungkap perupa yang berdomisili di Denpasar itu.
Selama menggoresnya, sering kali ujung pena itu patah. Saat itulah dia merautnya lagi untuk meruncingkannya kembali. Bahkan butuh berkali-kali menggantinya. ”Harus telaten. Meskipun ribet justru di situlah asyiknya,” terangnya.
Narasi harmoni bernuansa Bali itu juga muncul kuat dari nilai-nilai Hindu, agama yang dianutnya. Secara khusus, agama Hindu Bali memanifestasikan kesempurnaan pengetahuan melalui sosok Dewa Ganesha, dewa yang berkepala gajah.
Gajah juga kerap muncul dalam khasanah mitologi Hindu. Ia kerap menggambarnya sebagai objek untuk menyuarakan tentang persahabatan dan pengetahuan.
Sebanyak 16 karya yang dipajang di Four Points Pakuwon dibawa dari Villa Gallery. Sebagian karya baru khusus untuk pameran ini.
Mahluk spiritual yang bercitra baik dan penolong itu di antaranya bernama Makara Gajah Mina. Seekor ikan namun berkepala gajah. Ia merupakan kendaraan Dewa Baruna yang dikenal sebagai pelindung dan penyelamat di samudera.
Contohnya dalam lukisan berjudul Playing with Makara. Made Gunawan mengkritik deforestasi yang terjadi di Indonesia. Kasus penggundulan hutan di gunung demi pendirian tempat wisata, pemukiman, vila atau hotel yang dampaknya mengganggu keseimbangan alam.
Kedekatannya dengan objek gajah itu makin dikuatkan dari kesukaan Made Gunawan yang sering mengamati konstruksi dasar bangunan candi. Baik pada candi yang tersebar di Bali maupun di Jawa, figur gajah itu ternyata selalu muncul.
”Kalau sempat ke candi-candi, coba lihat di bagian paling bawah pasti terdapat Karang Gajah. Itu hiasan kepala gajah yang sudah dibentuk dengan ukiran tertentu,” terangnya.
Gajah sebagai simbol pengetahuan yang digunakan sebagai penopang bangunan itu membawa pesan pada manusia yang harus hidup ditopang oleh ilmu pengetahuan. ”Dia hewan yang membawa pesan tentang pentingnya menjaga interaksi sosial atau menjaga hubungan sesama manusia. Ya itulah harmoni,” tuturnya. (Heti Palestina Yunani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: