Usai Prai Ijing, Kalap di Humba Hamu

Usai Prai Ijing, Kalap di Humba Hamu

Dua destinasi pada hari pertama sangat memuaskan saya yang baru saja menginjakkan kaki di Pulau Sumba. Laguna Waikuri dan desa adat Rotenggaro di Sumba Barat Daya. Trip hari kedua dengan guide terbaik Indra Tua Radjah yang mengelola Indra Trip Sumba, pun makin seru.

Pulang dari Laguna Waikuri, kami langsung menuju penginapan. Indra memilihkan Hotel Ella di Jalan Jendral Sudirman, Kecamatan Kota Tambolaka, Sumba Barat Daya.

Dari Bandara Tambolaka kira-kira hanya berjarak 2 kilometer. Selain dekat dengan beberapa objek wisata, Ella menyajikan konsep minimalis namun tidak melupakan unsur kebudayaan Sumba.

Ada taman di tengah gedung untuk santai. Tapi karena kami check in sekitar pukul 9 malam, tak ada waktu untuk menikmatinya. Apalagi lelah sudah menerpa. Saya langsung lelap begitu mencium kasurnya.

Apalagi Indra sudah meminta kami untuk check out dari hotel pukul 9. Setelah sarapan kami berkemas cepat dan langsung berangkat. Menumpang dua mobil, kami sedianya menuju Sumba Timur. Sekitar 4 jam jalan darat.

Sebelum benar-benar meninggalkan Sumba Barat Daya, kami lebih dulu menengok Weekacura Waterfalls. Dari Tambolaka sekitar 40 menit. Air terjun ini berada di tengah sawah di Desa Tema Tana, Kecamatan Wewewa Timur.

Kompak berpakaian serba putih, kami bersembilan foto-foto cantik di tengah sawah saat berjalan menuju Weekucara Waterfalls yang terletak di persawahan hijau yang menawan.

Bentuknya unik dengan kontur bertingkat. Tak terlalu tinggi. Mungkin tak sampai dua meter. Namun itulah indahnya. Untuk menuju ke sana, kami harus berjalan sekitar 15 menit ke persawahan.

Baik air terjun dan sawahnya sama-sama menawan. Berkali kali kami berhenti untuk foto di tengah-tengahnya. Sejauh mata memandang semua tampak ijo royo-royo karena sedang musim hujan. Warna itu berubah menguning jika musim panen tiba.

Oh ya sepanjang perjalanan ke Weekacura, saya sering berjumpa dengan sekelompok kuda Sumba yang terkenal bagus-bagus. Inilah pemandangan yang khas di Nusa Tenggara Timur. Sumba oh Sumba.

Saya beraksi di depan Patung Yesus di Taman Wisata Religi Gollu Potto. Pose Yesus memberkati dan menghadap ke arah kota jadi simbol semoga kehidupan masyarakat Sumba Barat terberkati Tuhan.

Dari Weekacura Waterfalls, kami bergeser ke destinasi selanjutnya di Sumba Barat. Di sana ada Taman Wisata Religi Gollu Potto. Di bukit yang terletak di Kelurahan Soba Wawi, Kecamatan Loli, dibangun sebuah Patung Yesus.

Wisata religi di Sumba Barat yang berjarak kurang lebih satu kilometer arah utara Kecamatan Kota Waikabubak itu baru rampung dibangun pada Agustus 2020 lalu. Setelah foto-foto bersembilan dengan mengenakan kain khas Sumba, kami sempatkan mampir ke souvenir shop ternama, Toko Humba Hamu, di Kelurahan Kampung Sawah, Kota Waikabubak.

Caption

Nah saya pesan: awas lapar mata ya melihat kain tenun Sumba yang bagus-bagus itu. Saya termasuk yang kurang kuat iman jika melihat kain. Kalap. Main comot sana comot sini. Berakhir dengan mulut ternganga di depan kasir karena harus membayar belanjaan yang berjuta-juta. Hahaha.

Selain kain, jangan lupa membeli kopi Sumba dan cokelat Sumba. Konon katanya dari sinilah yang paling enak se-Indonesia. Saya membeli 20 pax kopi untuk oleh-oleh. Beberapa aksesori khas Sumba seperti kalung, sabuk, gantungan kunci, dan lain-lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: