Marjolein Dianggap Bela Penjahat Perang

Marjolein Dianggap Bela Penjahat Perang

Belanda menganggap Bung Tomo sebagai oorlogmisdadiger (penjahat perang) yang jadi penghasut serangkaian pembunuhan pada peristiwa Bersiap. Sebaliknya, bangsa kita menganggapnya sebagai Pahlawan Nasional. Marjolein ingin mengurai benang kusut yang melilit perdebatan narasi sejarah kedua negara itu. 

MARJOLEIN tampil menawan pagi itu, 9 November 2014 di Tugu Pahlawan Surabaya. Dia jadi pusat perhatian ribuan penonton Parade Juang 10 November 1945 yang berdesakan di tepi jalan. 

Dialah satu-satunya warga Belanda yang turut serta dalam aksi teatrikal dari Tugu Pahlawan menuju Balai Pemuda. Fotografer, jurnalis, sekaligus sejarawan itu mengenakan kebaya putih dan rok batik setinggi betis. Pakai sandal jepit warna krem. Rambut emasnyi diikat rapi ke belakang.

Pagi itu, Marjolein tampil duluan. Dia memerankan tokoh Muriel Stuart Walker atau lebih dikenal dengan nama K'tut Tantri. K’tut lahir di Glasgow, Skotlandia, berkebangsaan Amerika Serikat. Dialah sosok yang membantu Bung Tomo membakar semangat para pejuang dan menyebarkan berita pertempuran di Surabaya ke dunia internasional.

Pemeran Bung Tomo dan K’tut Tantri berdiri berdampingan. Mereka membacakan pidato pengobar semangat yang sering kita dengarkan di setiap peringatan kemerdekaan dan hari pahlawan itu. Pemeran Bung Tomo mengawali pidatonya. Baru setelah itu giliran Marjolein.

Marjolein membacakan pidato K’tut berbahasa Indonesia dan Inggris. Ia berdiri di samping pemeran Bung Tomo. Tangan kanannyi memegang secarik kertas berisi naskah pidato. Sedangkan tangan kirinyi menggenggam alat perekam. Selain jadi peserta parade, Marjolein juga meliput peringatan tahunan itu.

Saat Surabaya dibombardir dari darat dan udara, K’tut masih lantang berpidato melalui radio pemberontakan di Jalan Mawar. Sayang rumah radio itu kini sudah rata dengan tanah. Kasus hukum pengrusakan cagar budaya itu masih berjalan sampai sekarang. 

Marjolein memerankan K’tut dalam masa-masa genting itu. Dia baca tulisan itu pelan-pelan:

The English and NICA are the greatest extremist (Inggris dan NICA adalah ekstremis terbesar)! Bohong semua! Tidak ada extremist di Indonesia, yang dikehendaki mereka semata-mata kemerdekaan belaka. Tetapi orang Inggris dan NICA adalah extremist kelas satu. Mereka telah sungguh ke luar batas kemanusiaan. Kemarin kamu merayakan Thanksgiving Day, aku tak bisa ikut gembira karena aku berada di tengah mereka yang dengan darah dan air mata sedang berjuang mati-matian menuntut rahmat yang sudah kamu peroleh itu. 

Orang-orang Belanda NICA adalah manusia-manusia paling terkutuk di dunia ini. Waktu mereka bercakap berhadap-hadapan, Inggris akan menaklukkan negeri ini. Mereka sendiri adalah segerombolan pengecut, a bunch of cowards!

Ktut Tantri juga berorasi untuk menanggapi Ultimatum Sekutu (Mansergh) pada 9 November 1945:

The Indonesians will never accept your term, even if you bomb Surabaya to the ground and kill every woman and children. If you go through with it, you will add black page indeed to British History. (Orang Indonesia tidak akan pernah menerima tawaran Anda, meskipun Anda membombardir Surabaya dan membunuh setiap perempuan dan anak-anak. Jika Anda melakukannya, Anda akan menambahkan halaman hitam ke sejarah Inggris).

Setelah orasi tuntas, parade bergerak ke selatan. Marjolein ikut rombongan sambil menenteng kamera dan alat perekamnya. Ledakan bom dan letupan senapan mengiringi aksi teatrikal itu. 

Tak lama setelah acara selesai, dia mengunggah foto-fotonya ke Facebook. Posting-annyi ternyata memicu polemik di publik Belanda. Mereka merasa aneh. Kok ada orang Belanda yang ikut-ikutan parade juang Indonesia. Apalagi sampai foto bareng dengan pemeran Bung Tomo yang mereka anggap sebagai penjahat perang itu.

Bung Tomo memang menjadi tokoh penting dalam rangkaian pertempuran 10 November. Hingga saat ini, publik Belanda masih memercayai bahwa Bung Tomo adalah dalang di belakang pembunuhan- pembunuhan dari masa kelam yang mereka sebut dengan istilah Bersiap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: