Seri Brian De Palma (1): Bersahabat dengan Kontroversi dan Kegagalan
Oleh:
Awik Latu Lisan
penikmat film, member grup Hobby Nonton
Grup Hobby Nonton kini memiliki segmen baru. Yakni Director’s Week. Yang akan kami hadirkan tiga bulan sekali. Untuk edisi pertama kali ini adalah sutradara dan penulis kawakan AS: Brian De Palma. Sutradara kelahiran 11 september 1940 itu sudah berkarya selama lebih dari 50 tahun. Da masih aktif hingga sekarang.
BERDARAH keturunan Italia-AS, Brian De Palma awalnya adalah seorang mahasiswa jurusan Fisika di Universitas Columbia. Ia tertarik dengan film setelah menonton Citizen Kane (1941) dan Vertigo (1958). Setelah lulus kuliah pada 1962, ia melanjutkan sekolah film di Sarah Lawrence College.
Genre favorit De Palma adalah thriller. Dengan subgenre psikologis, kriminal, suspense, dan erotic. Kecintaan De Palma terhadap idolanya, Alfred Hitchcock, Jean Luc Godard, dan Andy Warhol, begitu mempengaruhi gaya dan ciri khasnya dalam meyutradarai film. Seperti Hitchcock dan Kubrick, De Palma masuk dalam jajaran sutradara keras kepala Hollywood. Seorang idealis yang mengutamakan kepuasan pribadi di atas kepentingan studio.
Yang unik, meski dianggap idealis, De Palma masih mau menerima garapan film-film komersil. Tapi tetap tak mau diatur produser. Ia acapkali memasukkan konten seksual dan kekerasan yang eksplisit di filmnya. Karyanya bahkan didominasi rating X dan R. Beberapa filmnya sangat kontroversial dan menjadi langganan protes oleh kritikus, Asosiasi film, serta publik
Alhasil, De Palma sangat dijauhi oleh ajang penghargaan macam Academy Awards dan Golden Globes. Tapi justru menjadi langganan festival film. Seperti Berlin dan Venezia. Puncaknya, pada 2015, De Palma mendapat Honorary Award dari Festival Festival Film Venezia. Lalu pada 2019, ia meraih gelar serupa dari Film Festival Meksiko.
Menemukan Robert De Niro
De Palma mengawali karir dengan membuat film dan dokumenter pendek. Pada 1963, ia membuat film panjang keroyokan dengan kedua temannya. Judulnya The Wedding Party. Sebuah film hitam putih yang jauh dari kesempurnaan. Karena bujet minim, film itu tidak selesai. Baru beberapa tahun kemudian disempurnakan. Lalu dirilis pada 1969.
Ingat siapa bintangnya? Waktu itu sih mereka belum punya nama sama sekali. Di film De Palma, statusnya debutan. Namun, kelak, ketenaran mereka mempengaruhi Hollywood selamanya. Mereka adalah Jill Clayburn dan Robert De Niro.
Kualitas De Palma mulai diperhitungkan produser besar Hollywood setelah sukses membuat Sisters (1972), Phantom of the Paradise (1974), dan Obsession (1976). Ketiganya menempatkan De Palma sebagai salah seorang pelopor American New Wave atau Hollywood Renaissance. Gerakan baru sutradara-sutradara muda yang sangat mempengaruhi dunia industry Hollywood.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: