Rendah Hati meski Jabatan Tinggi

Rendah Hati meski Jabatan Tinggi

Para tenaga kesehatan selalu di garda depan untuk melayani para pasien Covid-19. Di Jawa Timur, ratusan dokter dan perawat telah gugur selama pandemi yang berlangsung dua tahun belakangan. Kemarin (13/3), kabar duka itu datang dari Surabaya. Dr Urip Murtedjo SpB(K)KL PGD Pal-med mengembuskan napas terakhirnya di ruang ICU Covid-19 RSUD Soetomo sekitar pukul 13.00.

“GIMANA? Menang?” Itu pertanyaan yang dilontarkan Urip kepada anaknya dr Bramantyo Harwindo melalui panggilan video. Menanyakan skor akhir pertandingan Persebaya vs Persik pada Kamis malam (10/3) lalu.

Urip memang Bonek sejati. Betapa tidak, dengan kondisi lemas dalam perawatan di ruang ICU Covid-19 saja ia masih ingat Persebaya. Tim Bajol Ijo unggul dengan skor 1-0 atas tim Macan Putih. Kemenangan tipis itu seolah menjadi kado terakhir baginya. 

“Terus beliau berdoa semoga juara,” lanjut Bram saat dihubungi kemarin. Persebaya menjadi tim favorit sepak bola ayahnya sejak muda. Bukan supporter bodongan. Tetapi supporter yang berkontribusi pada tim. 

Salah satunya dengan mengoleksi berbagai aksesori bonek. Mulai jersey, jaket, syal, dan topi. Yang semuanya selalu dikenakan saat nonton langsung ke stadion. 

Kali terakhir, Urip datang ke stadion Gelora Bung Tomo pada Februari 2020 silam. Menyaksikan Persebaya melawan Sabah FC. Tim tamu dari Liga Malaysia itu dibantai dengan skor 3-1. 

Ia pun merayakannya dengan cara sederhana. Yakni berfoto di depan tribun VIP dengan wajah semringah bersama Bram. Tentu saja mengenakan jaket tracktop hijau Persebaya. 

Liga Indonesia nomor wahid itu memang sempat berhenti cukup lama. Akibat kebijakan PPKM dari pemerintah untuk menangani pandemi Covid-19. Kemudian digelar kembali pada pertengahan tahun lalu. Namun, tanpa penonton. 

Kini baru saja diterbitkan aturan anyar. Pertandingan boleh dihadiri penonton dengan kapasitas terbatas. Sayangnya, Bram tak bisa mengajak papanya lagi ke stadion. “Laga terakhir lawan tim dari Malaysia itu jadi yang terakhir saya tonton sama Papa,” katanya.

Urip kembali ke pangkuan Sang Mahakuasa di RSUD Soetomo, siang kemarin (13/3). Tepat di usia ke-71 tahun. Sebelumnya, ia dan sang istri terkonfirmasi positif Covid-19 sejak Selasa siang (9/3). Sempat mendapat perawatan yang intens di ruang isolasi khusus.

“Beliau didampingi mama yang OTG. Tapi, kondisi papa terus memburuk. Apalagi sejak pagi kemarin,” kata Bram. Akhirnya terpaksa dirujuk ke ruang ICU Covid-19. Sedangkan sang istri yang dokter gigi itu sudah dinyatakan negatif lebih dulu.

Nyawa papanya tak tertolong akibat gejala memberat. Sebab, papanya tergolong pasien Covid-19 lansia yang disertai komorbid. 

Ya, Urip menderita berbagai penyakit. Misalnya, diabetes dan darah tinggi. Juga pernah memasang ring jantung dan cuci darah. Komorbid yang kompleks itulah yang membuatnya tak bisa disuntik vaksin. Akhirnya antibodinya pun tak berdaya melawan serangan Covid-19.

Menurut Bram, papanya merupakan sosok pekerja keras. Di mana dan kapan saja tidak bisa terlepas dari pekerjaan. Saat di mobil sedang perjalanan sekalipun. Tetap bekerja dengan telepon genggam. Itu sudah menjadi kebiasaan papanya. Bahkan sejak dulu saat masih memakai pager

Urip memang terkenal sebagai sosok dokter yang tak biasa. Ia aktif di keorganisasian. Misalnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya. Di RSUD Soetomo tempat dinasnya dulu pun, ia punya jabatan penting di jajaran manajemen. Urip juga sangat ramah dan dekat kepada teman-teman jurnalis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: