Yang Terbaik di Ajang Surabaya Tourism Awards 2022 (2): Bahagia Sebentar, Pandemi Kemudian
Staf Museum Blockbuster Surabaya, Febri Putra dan Mayendra, menata koleksi.-Boy Slamet-Harian Disway-
Blockbuster Museum Surabaya (BMS) baru didirikan April 2019. Belum setahun berjalan, pandemi Covid-19 tiba. Terpaksa museum yang mengoleksi ribuan action figure dan movie props (properti film) itu berhenti beroperasi. Tetapi, mereka sanggup bertahan di masa-masa sulit.
THE Kitchenware Paradise, Kenjeran, masih lengang Rabu siang, 8 Juni 2022. Tak sampai sepuluh motor yang terparkir di lantai bawah. Begitu juga tempat supermarket di lantai satu. Hanya ada beberapa petugas yang berjaga di meja kasir.
Gedung berlantai dua itu dilengkapi dengan dua eskalator. Yang menyala hanya untuk yang naik. Pengunjung di lantai dua yang ingin turun harus secara manual. Menuruni anak tangga eskalator yang sedang mati.
Namun, ruangan di lantai dua lebih variatif. Setiba di ujung atas eskalator, pengunjung langsung mendapati food court. Tersedia tiga stan makanan dan minuman. Di luar, ada ruangan khusus bagi yang ingin merokok.
“Iya, memang sepi sejak pandemi,” kata Febri Putra, salah seorang pemandu Blockbuster Museum Surabaya (BMS). Ia lalu mengantar Harian Disway berkeliling di area food court. Tidak ada menu yang unik sebetulnya, kecuali kursi dan meja tempat makan.
Bentuknya bermacam-macam. Tema desainnya diadaptasi dari dunia film maupun game. Ada meja berbentuk stik Nintendo.
Meja yang paling besar diletakkan di sisi kanan eskalator yang mati. Meja lebar itu bersegi sembilan. Adaptasi dari meja yang dipakai rapat Agen Shield di film The Avengers.
Adaptasinya nyaris sempurna. Bagian latar di belakang meja juga mirip di salah satu adegan. Tembok dengan motif berlapis terbuat dari kayu. Persis di tengah ada logo Avengers menyala terkena lampu sorot putih.
Seluruh desain kursi dan meja food court sengaja diberi tema seperti itu. Yakni untuk mendukung atmosfer museum. Yang lokasinya berhadapan dengan food court.
Di sisi seberang itulah, lebih terasa seperti memasuki dunia fantasi. Lifesize superhero terpajang di mana-mana. Ada Iron Man, Transformer, dan lemari yang berisi ratusan action figure serta buku-buku.
Di depan pintu museum ada dua sosok ikonik dalam serial anime legendaris One Piece. Yakni Luffy dan Zoro yang berdiri seolah memberi sambutan. Pintu masuk di sisi kiri mereka juga bukan sembarang pintu. Didesain seperti lorong untuk memasuki pesawat luar angkasa. Lengkap dengan sinar lampu kuning yang mengelilingi. Setelah memasuki lorong, dunia fantasi itu makin terasa nyata.
BACA JUGA: Koleksi Banyak Mainan Saat Kecil, Kini Jadi Museum
Ada singgasana berduri Iron Throne terpajang di sebelah kiri. Ukuran dan dimensinya pun mirip seperti di film. Sementara sebelah kiri ada lemari yang memanjang rapi. Isinya pun beragam. Mulai lifesize action figure, diorama adegan di film-film terkenal, hingga properti-properti dalam film (movie props). Barang-barang itu tentu memanjakan mata para pengunjung. Terutama bagi pencinta film dari era 1960-an hingga yang terkini.
“Jadi menata ini semua memang butuh perjuangan,” jelas pendiri Blockbuster Museum Surabaya Anton Lomewa. Sejak museum itu dibuka, ia memegang satu prinsip: satu barang baru setiap bulan.
Entah sudah berapa rupiah ia habiskan untuk membeli ribuan koleksi itu. Yang jelas, Anton menghabiskan sekitar Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar untuk mendirikan museum. Yakni untuk belanja lemari, membenahi desain interior ruangan, hingga membayar biaya sewa tempat.
Diorama film 300 di Blockbuster Museum Surabaya dipotret oleh seorang penunjung asal Lumajang, Jawa Timur.-Boy Slamet-Harian Disway-
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: