Kursus Pramurukti ’Aisyiyah di Dua Provinsi, Tiga Bulan dapat Sertifikat Resmi

Kursus Pramurukti ’Aisyiyah di Dua Provinsi, Tiga Bulan dapat Sertifikat Resmi

Salah seorang peserta Kursus Pramurukti 'Aisyiyah (kanan) sedang praktik dengan bimbingan pengajar.--

Kebutuhan tenaga pramurukti atau pendamping lansia sangatlah besar dan sangat penting untuk dipenuhi. Maka Pimpinan Pusat ’Aisyiyah (PPA) mengadakan Kursus pramuruktiAisyiyah. Sebagai pilot program nasional itu, terpilih dua Pimpinan Wilayah ’Aisyiyah (PWA) Jawa Timur dan DI Yogyakarta untuk melaksanakan yang perdana.

Profesi pramurukti makin dibutuhkan. Mereka bertugas mendampingi dan melayani para lansia yang membutuhkan bantuan karena gangguan kesehatan (sakit) maupun lansia sehat psikis yang butuh dampingan. Tidak semua orang bisa melakukannya. Dibutuhkan keahlian, kesabaran, dan kemampuan komunikasi yang baik.

Karena itulah ’Aisyiyah lantas menggelar kursus. Khusus mencipta tenaga pramurukti. Bertujuan untuk mendidik anggota keluarga atau individu menjadi tenaga terlatih yang bersedia merawat lansia di rumah dan menjadi pekerjaan baru bagi lulusannya.

Selain itu, ’Aisyiyah sendiri ingin mendorong sosialiasi kehadiran tenaga kerja yang disebut pramurukti di Indonesia masih belum banyak dikenal. Sebelumnya pramurukti ini menunjuk pada sebutan populer caregiver atau dikenal dengan istilah pramuwerdha. 

Kementerian Kesehatan dan World Health Organization yang belum sepakat dengan istilah tersebut, namun kata pramurukti yang menjadi kata yang paling baru keluar dirasa paling pas.


Pembukaan Kursus Pramurukti ‘Aisyiyah di BLK ‘Aisyiyah Training Center, Jawa Timur.--

”Kami –’Aisyiyah- siap memopulerkannya. Mengingat tugas utamanya sedang sangat dibutuhkan. Kualifikasinya harus mumpuni. Itu hanya bisa dicari ilmunya dengan menjalani pembelajaran kursus dengan kurikulum ini,” kata Dr Sri Handayani, tim kurikulum Kursus Pramurukti ’Aisyiyah.

Kursus dilaksanakan untuk membekali siapa pun untuk bisa menjadi pramurukti yang memiliki pengetahuan dasar tentang kesehatan, keagamaan dan kepedulian sosial. ”Meskipun bukan tenaga kesehatan namun ada protokol dalam bekerja yang harus diketahui dan hanya bisa diambil sertifikatnya melalui kursus ini,” kata Siti Asfiyah, manager program Kursus Pramurukti ’Aisyiyah.

Kursus dilaksanakan selama dua bulan, Maret hingga April 2022. Agenda paralel di dua provinsi itu diikuti 12 orang di Jawa Timur dan 17 orang di DI Yogyakarta. Kursus dilaksanakan atas kerja sama Lazismu PP Muhammadiyah dengan PP ’Aisyiyah Majelis Kesejahteraan Sosial (PPA MKS).

Pihak-pihak inilah yang memfasilitasi kursus sehingga semua peserta dapat mengikutinya tanpa dipungut biaya alias gratis. ”Atas kerja sama dengan banyak pihak kami telah menghasilkan 27 pramurukti,” kata dr Esty Martiana Rachmi, Ketua PPA MKS.

Dalam melaksanakan program itu, PPA telah mampu menerapkan kurikulum sendiri yang telah tertuang dalam Buku Panduan Pramurukti yang telah disahkan oleh PPA. 

Bahkan menyiapkan tenaga pengajarnya dari kalangan ’Aisyiyah. Penggodokan kurikulum telah disiapkan tim PPA MKS selama setahun. Sebelum kursus dijalankan.


Diskusi pasca-pendampingan pramurukti di Balecatur, Sleman, DI Yogyakarta.--

Selain tenaga pengajar, PWA di wilayah setempat telah kerja sama dengan perguruan tinggi. Untuk Jawa Timur, ’Aisyiyah bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). DI Yogyakarta kerja sama dilakukan dengan Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta (UNISA). Mereka menyediakan pengajar, tempat kursus, dan laboratorium praktikum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: