Kursus Pramurukti ’Aisyiyah di Dua Provinsi, Tiga Bulan dapat Sertifikat Resmi
Salah seorang peserta Kursus Pramurukti 'Aisyiyah (kanan) sedang praktik dengan bimbingan pengajar.--
Pemilihan Jawa Timur dan DI Yogyakarta sebagai pelaksana kursus perdana itu dilakukan atas beberapa pertimbangan. Selain kesiapan kedua PWA untuk melaksanakannya, ada banyak data yang mendukung kebutuhan tenaga pramurukti.
Misalnya terkait enam provinsi di Indonesia memiliki struktur penduduk tua yang menunjukkan bahwa penduduk lansia yang mencapai 10 persen. DI Yogyakarta tercatata tertinggi dengan 14,71 persen. Disusul Jawa Tengah (13,81 persen), Jawa Timur (13,38 persen), Bali (11,58 persen), Sulawesi Utara (11,51persen), dan Sumatera Barat (10,07 persen). Demikian data BPS pada 2020 menunjukkan.
Belajar dari situasi lansia di Indonesia ditambah strategi yang disusun Pemerintah RI, maka penting bagi ’Aisyiyah untuk berperan serta dalam langkah pemberdayaan lansia. Melalui berbagai kegiatan yang mengacu pada beberapa strategi tersebut.
”Malah bila melihat kondisi pandemi Covid-19 yang lalu, sebenarnya kebutuhan pramurukti itu sangat besar. Saat lansia sebagai salah satu kelompok yang rentan terserang. Layanan kepada lansia tak bisa hanya terpusat kepada ke keluarga, sehingga perlu fokus penyiapan tenaga terlatih bagi lansia,” beber dr Esty.
Karena itu kursus di dua provinsi itu sangat tepat bila dihelat oleh ’Aisyiyah. ”Agar tumbuh pramurukti-pramurikti baru yang segera diserap masyarakat untuk membantu merawat lansia sehat dan sakit,” tambah Titik, panggilan Siti Asfiyah.
Di penghujung kursus, guna mengetahui kemampuan peserta seputar teori dan praktik yang telah diberikan para pengajar, ada tahap lanjutan yaitu praktik lapangan pada lansia.
”Dilakukan langsung di masyarakat atau di komunitas home care. Kami menggelarnya di Malang untuk wilayah Jawa Timur. DI Yogyakarta bisa kami lakukan di daycare lansia Khusnul Khotimah di Balecatur, Sleman,” kata Titik.
Pendampingan lansia daycare Husnul Khotimah di Balaicatur.--
Sebagai modal dan wujud keabsahan peserta sebagai tenaga profesional perawat lansia, bagi yang lulus ujian teori dan praktik, peserta mendapatkan sertifikat yang didapat dari lembaga resmi.
Sertifikat itu dikeluarkan oleh BLK ’Aisyiyah Training Center untuk peserta dari Jawa Timur. Sertifikat peserta dari DI Yogyakarta dikeluarkan oleh PWA DI Yogyakarta dan UNISA.
Bagi yang bersertifikat ini, mereka yang sudah boleh disebut pramurukti itu diharapkan bisa segera bekerja dengan mengetahui tugas-tugasnya dengan baik.
”Di antaranya bahwa meskipun telah memenuhi syarat untuk menjalankan peran sebagai pramurukti namun pramurukti sebanrnya tidak boleh memberikan layanan kesehatan. Mengingat meteka bukan berlatar belakang profesi perawat,” ujar dr Esty.
Namun mereka tetap bisa memberikan pertolongan darurat. Mereka malah harus tetap mengupayakan untuk mengontak tenaga kesehatan terdekat. ”Pertolongan pertama dan darurat bisa ditangani pramurukti. Misalnya ketika ada lansia terjatuh, mereka tahu apa yang harus dilakukan. Maka kursus ini sangat penting untuk dilanjutkan,” tandasnya. (*)
Indeks: Praktik pramurukti di rumah lansia, baca selanjutnya...
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: