Mengenal Entrepreneurs' Organization (3): Dietmar Dutilleux Bikin Papan Surfing Paling Ramah Lingkungan

Mengenal Entrepreneurs' Organization (3): Dietmar Dutilleux Bikin Papan Surfing Paling Ramah Lingkungan

Dietmar Dutilleux menunjukkan papan surfing yang ringan dan ramah lingkungan.-BOY SLAMET-Harian disway-

Member Entrepreneurs' Organization (EO) chapter Indonesia East tak semua warga negara Indonesia (WNI). Pengusaha asal Belgia, Dietmar Dutilleux juga ada di dalamnya. Bahasa Indonesianya sudah fasih. Maklum ia sudah tinggal di Indonesia sejak 30 tahun lalu.


--

DIETMAR adalah pemain lama dalam dunia mebel di Jatim. Ia memiliki pabrik besar di Pasuruan yang memproduksi perabotan dengan kualitas ekspor dengan merek Omega Mas. Mulai dari meja, kursi, dipan, hingga lemari diproduksi di sana.

Harian Disway mengunjungi pabriknya di Pasuruan di pengujung Januari lalu. Dietmar yang tinggal di Surabaya selalu menyempatkan diri ke kantor. Karena sudah ada jalan tol, perjalanan dari Surabaya ke Pasuruan ditempuh selama satu setengah jam. Pukul 07.00 Dietmar pun sudah datang.

“Mari kita naik ke kantor saja,” ujar Dietmar dengan ramah. Kantornya ada di lantai dua pabrik seluas 1,2 hektare itu. 

BACA JUGA:Mengenal Entrepreneurs' Organization (2): Antony Harsono Merasa lebih Matang

Pekerja sudah sangat sibuk. Suara bising gergaji mesin dan penyerut kayu nyaring terdengar saat kami berjalan menuju ruang kantor yang ada di tengah pabrik.

Perabotan yang sudah selesai diproduksi diletakkan di gudang depan. Dietmar belum bisa mengirimnya ke luar negeri. Saat itu harga sewa kontainer sangat mahal. Sewa kontainer ke Amerika yang biasanya USD 2.000, tembus jadi USD 22.000. Pandemi membuat eksporter seperti dirinya kelabakan. 

Produksi terus dilakukan meski saat itu pandemi masih sangat mengancam. Begitu, masuk ke kantornya, suara bising langsung sirna. 


Pabrik mebel milik Dietmar Dutilleux di Pasuruan.-BOY SLAMET-Harian disway-

Banyak sekali kisah di pabrik mebel itu. Dietmar pernah didemo karyawannya karena persoalan ketenagakerjaan. Bahkan beberapa orang mogok kerja. 

Nah, saat-saat seperti inilah komunitas EO bisa sangat membantu. Meski sudah puluhan tahun memimpin perusahaan di Indonesia, ia tetap harus banyak belajar ke pengusaha lain. Sebab, di atas langit masih ada langit. Anggota EO adalah orang yang mau belajar dari orang lain. Tidak boleh merasa paling superior dan serba bisa. “Kami bisa saling berbagi masalah dan mencarikan solusi di EO,” kata pria yang hobi bersepeda itu.

Ada banyak leader berpengalaman yang menjadi member EO. Yang omzet minimal untuk bergabungnya adalah USD 1 juta atau hampir Rp 15 miliar itu.

Dietmar sering menyampaikan kebuntuannya lewat EO. Mereka yang sudah seperti keluarga itu, tak pelit berbagi ilmu. “Tapi kami dilarang kerja sama bisnis. Aturannya begitu,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: