Review Film Hustle: Pembuktian Karier Adam Sandler

 Review Film Hustle: Pembuktian Karier Adam Sandler

ADAM SANDLER sebagai tim pencari bakat klub NBA Philadelphia 76ers di film Hustle.-Netflix-via Variety

Oleh:
Awik Latu Lisan
penikmat film, member grup Hobby Nonton

Hustle adalah film yang sangat biasa. Untuk ukuran sports drama yang inspiratif pun, ini biasa saja. Bahkan formulanya tidak ada yang unik. Klise dan itu-itu aja. Yang bikin film ini menarik adalah akting Adam Sandler. Ia memerankan Stanley Sugerman, agen pencari bakat salah satu klub NBA, Philadhelpia 76ers.
---

STANLEY SUGERMAN sudah mengabdi selama lebih dari dua dekade. Ia bercita-cita pensiun sebagai agen, dan banting setir menjadi pelatih. Agar lebih dekat dengan dengan keluarganya. Sayang, impiannya terganjal oleh pemilik klub baru yang sangat membenci Sugerman. Si owner baru berjanji, jika ia mampu menemukan seorang bintang, ia akan dipromosikan menjadi asisten pelatih.  

Dan petualangannya pun dimulai.

Hustle disutradarai oleh Jeremiah Zagar. Sutradara baru yang lebih akrab di dunia dokumenter ketimbang feature film. Hustle adalah film panjang keduanya. Film pertamanya, We the Animal memenangkan Sundance Festival Film pada 2018. Sebagai sebuah film yang ringan dan menyenangkan, mungkin kita tidak terlalu bisa bicara banyak tentang gaya penyutradaraanya.

Di sisi lain, karier Adam Sandler sebenarnya sudah banyak diramalkan akan tamat. Bermula dari kehancuran Jack and Jill (2011), rom-com yang hambar di Blended (2014), kegagalan The Cobbler (2014) dan Pixels (2015). Dan kemudian, hampir semua filmnya di Netflix hanya pantas menjadi tontonan streaming yang mudah dilupakan.

Jika kita mengingat-ingat lagi aneka karakter yang diperankan Adam Sandler, cirinya. Medioker dan klise. Ia berbicara dengan membungkukkan badan, atau dengan tangan yang dikibaskan ke bawah. Nada suaranya datar, agak menggerutu, terkadang emosional. Hanya saja, Sandler memang memiliki wajah bocah dan pesona yang lucu. Sehingga beberapa filmnya, meski tak bagus, tertutupi oleh karakter dan kekuatan aktingnya.


PERJUDIAN Stanley Sugerman (Adam Sandler, kanan) merekrut Bo Cruz (Juancho Hernangomez) akan menentukan apakah ia bisa naik pangkat menjadi asisten pelatih Philadelphia 76ers. -Netflix-

Memang tak banyak yang bisa dieksplorasi oleh aktor komedi. Mereka bahkan sering terjebak dalam peran yang itu-itu aja. Kebanyakan aktor komedi di Hollywood berawal dari stand-up comedian. Seperti Jim Carrey, Eddie Murphy, Kevin Hart, dan masih banyak yang lain. Begitu pula Adam Sandler. Gaya kikuknya yang dewasa tapi kekanak-kanakan mengantarkan Adam Sandler masuk ke dunia film.

Berawal menjadi cameo di The Cosby Show, Sandler mulai diperhatikan. Ia lantas digaet ke Saturday Night Live. Setelah keberhasilan dua film layar lebarnya, Billy Madison (1995) dan Happy Gilmore (1996), Sandler keluar dari SNL. Lalu mantap berkarier di dunia film.

Ia lantas mencatat sukses besar pada 1998. Melalui The Waterboy dan The Wedding Singer. Yang mencetak keuntungan berkali-kali lipat dari biaya produksinya. Adam Sandler akhirnya mendirikan studio sendiri pada 1999.  Nama perusahaanya diambil dari nama depan dan belakang film yang mengangkat namanya, Happy Madison.

Adam Sandler bahkan sempat nyaris masuk ke radar Oscar. Setelah aktingnya di Punch-Drunk Love (2002) karya Paul Thomas Andersen menghasilkan nominasi Golden Globe sebagai aktor komedian terbaik. Meski tak membawa pulang piala, Adam Sandler menabalkan diri sebagai salah seorang aktor komedi yang mampu keluar dari peran klise.

Namun, setelah itu, Adam Sandler seperti kembali ke dunianya. Dunia aktor childish yang perannya begitu-begitu saja. Untung, film-film rom-com-nya cukup disukai. Misalnya 50 First Dates, Click, dan Grown Ups. Ia bahkan sempat kembali ke drama serius. Seperti di Reign Over Me (2007) dan Funny People (2009). Ia terlihat berusaha keras menunjukkan bahwa dirinya bukanlah aktor medioker.  

Semua ramalan kritikus benar adanya. Pada 2015, Happy Madison bekerjasama dengan Netflix. Meninggalkan Universal dan Columbia Pictures yang selalu menjadi distributor filmnya. Keputusan tersebut awalnya banyak dirasa salah langkah.

Dan benar saja. Dua film pertamanyanya gagal. Film berikutnya hanya repetisi dari karier komedinya yang semakin tenggelam. The Ridiculous 6 (2015) yang tidak lucu, The Do-Over (2016) yang terlupakan sama sekali, dan masih banyak lagi yang bahkan lebih buruk dari itu.


HUSTLE yang dari segi plot sangat biasa dan generik menjadi lebih enak dinikmati berkat akting Adam Sandler. -Netflix-

Namun, 2017 adalah titik balik perjalanan Adam Sandler. Kariernya lagi-lagi diselamatkan oleh studio yang bukan miliknya sendiri, IAC Productions. Ia tetap bersama Netflix, tapi tidak membawa Happy Madison lagi. Meski hanya sebagai peran pembantu bersama Ben Stiller dan Dustin Hoffman, justru karakter Adam Sandler dalam The Meyerowitz Stories (2017) berhasil memancing perhatian kritikus dan pujian.

Filmnya sendiri berhasil masuk nominasi Festival Film Cannes. Digawangi oleh Noah Baumbach, melalui film itu, kualitas akting Adam Sandler kembali menuai pujian. Ini adalah film kedua produksi Netflix yang masuk kompetisi Cannes bersama Okja (2017) di tahun yang sama.

Dari situlah, studio A24—yang selalu menghasilkan film-film unik berkualitas—mulai kepincut akting Adam Sandler. Pada 2019, Adam Sandler menerima tawaran untuk memerankan Howard Ratner, seorang Yahudi AS pemilik toko perhiasan yang berusaha melepaskan diri dari lilitan hutang akibat kecanduan judi. Film yang diberi judul Uncut Gems (2019) itu banyak mendapatkan pujian kritikus.  Terutama akting luar biasa Adam Sandler. Mereka bilang, ia layak diganjar Oscar.

Penampilannya di Uncut Gems menghasilkan banyak penghargaan dari festival di seluruh dunia. Dan berhasil mengangkat lagi karir Sandler sebagai aktor komedian berbakat dan berkualitas tinggi. Uncut Gems bahkan terpilih menjadi 10 film terbaik di 2019 versi National Board of Review.

Jadi, apakah karier Adam Sandler sudah tamat? Mungkin tidak. Meski akhirnya kembali membuat film bersama Happy Madison, dan dirilis oleh Netflix. Seperti yang saya kemukakan di awal ulasan ini. Hustle adalah film yang biasa saja. Saking biasanya, Anda akan menemukan cerita yang klise tentang inspirasi olahraga. Seorang yang awalnya diremehkan dan kemudian berusaha semaksimal mungkin melalui gaya montase yang biasanya dan berakhir bahagia di penghujung film.

Tapi, Anda akan menemukan seorang Adam Sandler yang sudah dewasa. Seorang aktor yang sudah melalui banyak rintangan untuk menghasilkan sebuah performa akting yang berkualitas. Anda akan menemukan bahwa Adam Sandler belumlah tamat. Ia, dengan pesonanya, mampu membawa sebuah film yang biasa menjadi luar biasa dan menawan.

Adam Sandler seperti menunjukkan kepada kita. Bahwa di masa tuanya, akting bukanlah sekedar sampingan (hustle) belaka. Tapi sudah menjadi hidupnya. Dari Hustle, saya berharap bahwa Adam Sandler sudah menemukan jalannya. Bahwa komedi dan akting yang berkualitas sebenarnya dapat berjalan berdampingan. Bravo, Amigos! (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: