Cheng Yu Pilihan Ketua Yayasan ITC Center Lily Yoshica: Sai Weng Shi Ma, Yan Zhi Fei Fu

BAGI Ketua Yayasan Indonesia Tionghoa Culture (ITC) Centre Lily Yoshica, "Inti kehidupan adalah menikmati, bukan memiliki. Sebab, apa yang kita miliki belum tentu bisa kita nikmati. Apa yang kita nikmati itulah yang sebenar-benarnya milik kita."

Makanya, kata Lily, kita harus belajar ikhlas, harus belajar merelakan. Karena, pada hakikatnya, segala sesuatu yang ada di dunia ini bukanlah milik kita. Yang kita miliki pun, tak ada yang abadi. Semuanya hanya titipan Tuhan. Status kita hanya sebagai pengelola sementara.

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Pemilik Matsunichi Suedi Tjong: Shun Qi Zi Ran

Contoh sederhananya, lanjut Lily, "Kita pasti punya banyak keinginan, harapan, dan cita-cita. Kita ingin mobil mewah, rumah mewah, dan lain-lain. Tetapi, ketika kita tidak bisa memiliki semua keinginan itu, yo wes, nikmati saja apa adanya. Soalnya, kadang ada yang sudah punya macam-macam tapi tidak bisa menikmatinya. Hidupnya malah tidak tenang."

Tentu, bukan berarti putus asa dan tidak mau berusaha. Ikhtiar dulu, baru tawakal. Bedakan antara berserah dan menyerah. "Menyerah artinya kita tidak melakukan apa-apa. Sedangkan berserah berarti kita sudah melakukan bagian kita, selanjutnya pasrahkan pada Tuhan hasilnya bagaimana. Kalau sesuai ekspektasi, ya syukur; kalau tidak, ya ikhlaskan," terang Lily, yang yayasannya telah memberikan ribuan beasiswa kepada putra-putri Indonesia untuk kuliah ke Tiongkok sejak berdiri pada 2001.

Namun demikian, sambung Lily, "Memang sulit untuk belajar ikhlas. Karena sejatinya manusia, kan, egois dan serakah. Namun, ketika kita bisa ikhlas dan menikmati apa yang ada pada kita, maka di situlah kita akan bahagia."

Persis yang dipesankan pepatah Tiongkok, "塞翁失马，焉知非福" (sài wēng shī mǎ, yān zhī fēi fú). Yang terjemahan bebasnya: kehilangan tidak selamanya adalah musibah, ada kalanya justru akan mendatangkan berkah. (*)

 

Sumber: