Susur Hutan Mangrove Surabaya, Asyik Naik Perahu Menuju Pulau

Susur Hutan Mangrove Surabaya, Asyik Naik Perahu Menuju Pulau

--

Kawasan mangrove Wonorejo disulap menjadi objek wisata. Kini menjadi salah satu destinasi plesir yang cukup menarik di Surabaya. Apalagi saat weekend. Penuh pengunjung. Cuaca panas Kota Pahlawan sedikit berkurang karena banyaknya pohon dan teduhan.

Mungkin anda masih ingat Swamp Thing. Superhero hijau yang muncul dari rawa-rawa. Film yang membahas tentang sosok tersebut populer pada awal dekade ’90an. Karena terinspirasi dari film tersebut, ketika memutuskan berkunjung ke kawasan wisata mangrove Wonorejo, saya mengenakan pakaian dan topi hijau. 
Perahu yang saya naiki dengan keluarga bersama beberapa pengunjung. Nelayan mengantar kami menyusuri sungai. Rutenya cukup panjang. Suara diesel perahu memecah keheningan. Air meriak di sisi kanan-kiri.--

Mangrove kan identik pula dengan rawa-rawa. Jadi saya ingin berlagak seperti Swamp Thing. Meski ditertawakan anak dan istri saya. Soal postur tubuh memang beda jauh. Swamp Thing kekar. Sedangkan saya kurus. Tapi semangatnya sama. Saya dan Swamp Thing juga sama-sama pahlawan. Saya, minimal jadi pahlawan bagi keluarga. ”Tapi wajahnya juga agak-agak mirip kok, Pa,” gurau istri saya.

Kami memutuskan berkunjung ke mangrove Wonorejo pada Minggu siang, 14 Agustus 2022. Maklum, cuaca Surabaya sedang terik. Butuh teduhan dan suasana rindang. Tak perlu jauh-jauh ke luar kota. Kawasan mangrove adalah tempat yang tepat.

Perjalanan menuju ke sana cukup mudah. Dari kediaman kami di Dukuh Kupang, bisa lewat daerah Keputih. Ikuti Google Maps saja. Sampai di lokasi wisata, kendaraan dapat diparkir di lokasi depan. Tempat parkir cukup luas. 
Kami baru saja tiba di sebuah pulau kecil yang ditumbuhi berbagai macam tanaman mangrove. Di sini siapa pun bisa mulai berburu spot yang Instagrammable.

Sayangnya tak ada teduhan atau bangunan yang menaungi kendaraan-kendaraan dari paparan sinar matahari. Jadi untuk mencegah jok sepeda panas, saya melepas jaket kemudian menutup jok tersebut. 

Tak ada tiket masuk kawasan wisata mangrove. Alias gratis. Pada bagian depan, pengunjung memasuki areal berlantaikan kayu. Seperti jembatan geladak di pedesaan. Tapi bukan jembatan. Kalau jembatan kan berfungsi sebagai penghubung satu daerah dengan daerah lain. Lebih tepatnya interior lantai yang didesain seperti jembatan geladak. Tak menghubungkan apa pun. Lantai kayu itu memutar mengitari seluruh kawasan wisata.

Di kanan-kiri terdapat hiasan seperti gapura-gapura yang terbuat dari batang-batang pohon tipis. Cukup artistik. Sedangkan di bagian luar terdapat berbagai tanaman mangrove dan pohon-pohon yang cukup rindang.

Kawasan mangrove Wonorejo, awalnya dicanangkan pemerintah sebagai kawasan konservasi alam. Demi mencegah abrasi di kawasan timur Surabaya. Bila tanpa kawasan ini, bisa dipastikan Surabaya akan dilanda banjir rob. 

Karena hutan mangrove di Wonorejo tampak artistik dan sangat alami, maka Pemerintah Kota Surabaya menjadikannya sebagai destinasi wisata menarik. Terdapat sungai cukup besar dan berbatasan dengan laut lepas di sebelah timur.

Pelestarian mangrove sangat diperlukan demi kelestarian lingkungan hidup. Karena mangrove merupakan tumbuhan yang tumbuh di pesisir pantai, dan mampu menahan air laut. Sehingga potensi terkikisnya tanah di garis pantai dapat dicegah.

Dalam lokasi tersebut, terdapat beberapa kursi dan meja. Pengunjung yang lelah dan ingin beristirahat, dapat bersantai di tempat tersebut. Kemudian ada pula pujasera yang menyajikan beberapa menu makanan. Cocok bagi pengunjung yang lapar atau butuh minuman. Sebab, jalan-jalan di mangrove Wonorejo cukup melelahkan. Sebab, rutenya lumayan panjang.

Di areal mirip jembatan geladak tersebut, terdapat banner berisi peringatan. Bahwa pengunjung dilarang berfoto bersama di satu titik. Tak boleh berfoto secara berkelompok dalam areal berlantai kayu itu. Mungkin untuk menghindari retakan papan yang bisa saja terjadi karena tak kuat menahan beban. 
Di areal mirip jembatan geladak tersebut, terdapat banner berisi peringatan. Bahwa pengunjung dilarang berfoto bersama di satu titik. Tak boleh berfoto secara berkelompok dalam areal berlantai kayu itu.

Ada pula areal jogging track. Biasanya digunakan para penggemar jalan sehat pada pagi atau sore hari. Kemudian terdapat spot-spot Instagrammable. Berbentuk love atau hati, yang ditata menggunakan batang-batang kayu tipis. Lokasi spot tersebut bisa dijangkau dengan menaiki perahu kecil. Biayanya Rp15 ribu.

Sumber: