Kemandirian Pangan Indonesia, Momentum Melawan Penyakit Kronis

Kemandirian Pangan Indonesia, Momentum Melawan Penyakit Kronis

Teks foto: Tanaman padi yang subur menjadi jaminan ketersediaan pangan Indonesia. Diharapkan ada dalam jumlah yang cukup, mutu bahan pangan yang baik, serta nilai gizi yang tinggi, berpengaruh penting pada banyak sektor.--

Beras termasuk dalam biji-bijian yang telah mengalami proses pengolahan (refined grain). Proses ini dapat menghilangkan kulit dan lembaganya yang banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Oleh karenanya, beras hanya mengandung karbohidrat kompleks dan sedikit natrium, lemak ataupun protein.

Pengolahan diperlukan dalam upaya meningkatkan daya simpan biji-bijian. Diet dengan komposisi utama beras, ditujukan untuk menurunkan berat badan dan mendapatkan tingkat kesehatan yang lebih baik (healthy diet). Kandungan diet lainnya yang kaya serat terdiri dari banyak buah dan sayuran segar. 

Makanan yang berbahan pokok beras, memiliki sejarah panjang. Diperkenalkan oleh Walter Kempner, seorang peneliti medis dari Duke University pada 1940. Saat itu dimaksudkan untuk mengobati hipertensi maligna dan gagal ginjal. 

Dalam kasus tersebut, tekanan darah meningkat dengan cepat, bisa mencapai 180/110 mmHg. Kondisi demikian  sangat berisiko tinggi untuk terjadinya komplikasi.

Dengan semakin berkembangnya pengetahuan medis, pola diet semacam itu sangat bermanfaat pula diterapkan untuk menurunkan berat badan pada individu obesitas. Kadar natrium dan lemak jenuh dalam darah, juga dapat berkurang secara signifikan.

Diet dan Penyakit Kronik

Riset yang telah diterbitkan oleh majalah medis The Lancet beberapa tahun yang lalu, sungguh mengejutkan. Lebih dari sebelas juta kematian di seluruh dunia, dapat dikaitkan dengan pola makan yang tidak tepat. Artinya, satu dari lima kematian dikaitkan dengan nutrisi yang kurang optimal. 

Dampaknya bisa memicu terjadinya penyakit kronis pada kardiovaskular, kanker dan diabetes melitus (DM) tipe 2, sebagai kontributor kematian terpenting. 

”Kesalahan” diet yang menjadi pemicunya, antara lain adalah rendahnya kandungan buah, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, susu, serat, kalsium, asam lemak omega H-3 (banyak terkandung dalam ikan laut), serta lemak tidak jenuh. 

Sebaliknya banyak mengandung daging merah, daging olahan, minuman manis, asam lemak trans/lemak tak jenuh dan tinggi natrium.

Diversifikasi Pangan

Kemandirian bahan pangan tidak hanya tertumpu pada beras. Setiap daerah di Indonesia memiliki keunggulan yang khas dalam pengelolaan bahan makanan pokok.

Bahan makanan pengganti beras dengan nilai gizi yang setara, tidaklah sulit untuk ditanam sesuai karakteristik geografi setempat. Sagu, jagung, singkong, ubi jalar, kentang dan sorgum sangat mudah didapatkan dengan harga yang terjangkau. 

Banyak ahli kuliner dan masakan asli  Indonesia yang mendunia. Dari tangan-tangan terampil mereka bisa dilahirkan berbagai macam menu tradisional yang sehat, cara penyajian terkini dan sesuai cita rasa rakyat Indonesia. 

Semoga swasembada beras, membawa dampak positif bagi berkembangnya pola konsumsi makanan khas Indonesia yang sehat. Risiko terhadap timbulnya penyakit kronis dan kematian dini pun diharapkan bisa ditekan. (Oleh: Ari Baskoro, Divisi Alergi-Imunologi Klinik Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr Soetomo Surabaya)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: