Arek Limo oleh Yoes, Anggi, Fathur, Rudy, dan Sentot (2): Berlima Memicu, Bersama Memacu

Arek Limo oleh Yoes, Anggi, Fathur, Rudy, dan Sentot (2): Berlima Memicu, Bersama Memacu

Yoes Wibowo, Anggi Heru, Fathur Rojib, Rudy Asri dan Sentot Usdek yang tergabung dalam pameran Arek Limo. --

Wahyu memang cukup lama mengamati karya instalasi Anggi yang berjudul Pamomong dan Derik Bebek yang terdiri dari susunan potongan kayu. 

Derik Bebek disusun sebagai rak-rak kecil berisi boneka kayu berbentuk bebek dengan berbagai aksentuasi warna. Pamomong terdiri dari satu buah boneka kayu berbentuk kuda berukuran besar. Di bagian bawah terdapat berbagai boneka kuda kecil di sekitarnya.

Kepada Wahyu, Fathur menjelaskan maknanya. ”Pamomong, menurut Anggi, artinya perawat atau pengayom. Tentang sosok kakek-nenek yang momong cucunya dengan keiklasan serta ketulusan dan tak segan membagi pengalaman serta pengetahuan untuk membentuk kepribadian cucunya,” ujar Fathur. 
Dengan dukungan yang mengalir dari para perupa senior baik Jatim maupun Yoyakarta yang melihat keseriusan Arek Limo menggarap pameran, kelimanya tergerak untuk membuka kesempatan yang lain. ”Setidaknya berpameran bareng lagi. Kalau kali ini masih dengan tema bebas, kami harus lebih serius dengan tema yang ditetapkan,” ungkap Yoes.

Disadari, meskipun bersama sejak Maret 2022 untuk proyek bersama, Arek Limo tampaknya menjadi trial yang berhasil. Mereka terlecut untuk bergerak dengan melibatkan dengan lebih banyak pihak lagi. 

Keharmonisan gerak dalam event perdana itu diakui sudah terasa sejak Arek Limo disambut Rumah Budaya Malik Ibrahim dengan sangat terbuka. Seta- panggilan Satriagama Rakantaseta- merasa bahwa visi misi Arek Limo selaras dengan Rumah Budaya Malik Ibrahim.

”Mas Seta berharap besar bisa membangun kesenian yang profesional di Sidoarjo. Karena itu ketika Arek Limo punya niat yang sama, Rumah Budaya Malik Ibrahim sangat support. Kami benar-benar diajangi ombo untuk memajukan Sidoarjo. Tentu setelah ini harus ada tahapan lanjut. Mlaku kalem tapi utun,” tegas Yoes.

Selain berpameran, Rumah Budaya Malik Ibrahim menantang Arek Limo bisa menggerakkan kegiatan seni yang lain. Oleh Arek Limo hal itu diwujudkan. Salah satunya dengan menggandeng Perempuan Penulis Padma (Perlima) pimpinan R Wilis untuk mengadakan Malam Sastra yang menghadirkan para penggiat sastra sampai kelompok ludruk.

Selama pameran berlangsung, diadakan lomba lukis layangan untuk kategori SD SMP SMA untuk menumbuhkan minat pada seni lukis dan mendorong peminat pemula mulai mengapresiasi karya seni. ”Selain regenerasi harus tumbuh seniman baru atau kolektor muda nantinya,” ujar Fathur.

”Kami senang karena banyak yang terlibat. Seperti saat lomba, beberapa pedagang mamin terlibat sehingga ikut kecipratan rezeki dari kegiatan ini. Toko art material kami gandeng agar peserta lomba mengenal dan tertarik dengan media-media baru,” lanjut Sentot.

Sebagai nama dan judul pameran, Arek Limo sebenarnya bisa menjadi picuan siapa pun untuk menyambut tongkat estafet yang sudah mereka lemparkan. ”Ke depan Arek Limo itu mungkin semacam brand. Tak harus menunjuk kami berlima yang sekarang. Suatu saat bisa jadi beda orang yang menggerakkannya. Yang penting, kami mau memacu Sidoarjo terus bergerak,” tegas Yoes. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: