Catatan Pameran Tunggal Dwi Januartanto; Keraguan dan Keyakinan Itu Satu

Catatan Pameran Tunggal Dwi Januartanto; Keraguan dan Keyakinan Itu Satu

Dwi Januartanto di samping karyanya berjudul Pink.--

Mimicry pada karyanya mengarah pada strategi penciptaan visual karya. Tiap proses kerja kreatif membutuhkan ide atau gagasan yang dapat dieksekusi kemudian. Tak hanya dalam pembuatannya namun juga pada akhir kerjanya yakni karya yang dipamerkan atau setidaknya yang dapat dinikmati oleh subjek lain. 

Ini bukan melulu persoalan tanggung jawab tapi lebih pada ekses strategi penciptaan akan proses kerja kreatif seniman pada sekitarnya.

Seperti pada karya Bunga Laut yang karakternya diambil dari penokohan Patrick dalam film Spongebop. ”Enggak ada otak” kira-kira asumsi publik terhadap Patrick. Tapi bukankah sudah cukup yang sering dikatakan ”pikiran adalah sumber segala duka.”
Karya berjudul Bunga Laut yang karakternya diambil Dwi Januartanto dari penokohan Patrick dalam film Spongebop.

Pada Patrick, Januar mencium aroma petuah-petuah dulu yang melampaui sebab-akibat mulai dari wali-wali yang repot bila dikaji hingga para stand up comedy yang melompat ke sana ke sini. 

”Pikiran adalah muara kebingungan,” kata Januar. Dari kecil kita mati-matian belajar agar rasional sementara pikiran selalu terbatas dari data lampau. Artinya tidak ada kemungkinan baru, semua serba yang melekat pada hal yang itu-itu saja alias banal.

Mati di dalam pikir sendiri merupakan tradisi yang tua, menyebar dengan berbagai metodenya. Ada yang mandiri dengan praktik asketis . Ada yang dengan bantuan materi luar.

Dengan bantuan materi misalnya dengan tradisi ”nginang/paan” yang menyebar di Asia dan Oceania. Sementara secara sistematis ada ”ma-lima” dalam tradisi Tantrayana, misalnya, dan masih banyak lagi.

Metode-metode tersebut mengacu pada ”kemabukan” yang artinya mencoba menghentikan pikiran dengan aktivitas konsumsi. 

Karena itu alih-alih pelaut, kakek moyang kita adalah seorang pecandu, jelasnya. Hingga hari ini tidak sedikit candu dari luar yang semacam itu. Ada yang bilang agama adalah candu. Namun bagi Januar itu adalah bagian kecil karena hidup adalah candu itu sendiri.

Menurut Januar bunuh diri pikiran itu perlu dan bukan hal yang istimewa artinya bisa bersifat massal dan mandiri. Patrick berhasil melakukannya. Karena itu Patrick patut diacungi jempol namun tak perlu disembah. 

Dalam wujud manusia kira-kira Patrick adalah karakter Stephen Chow di film-filmnya yang menyajikan kegoblokan yang berfaedah namun juga berisi makrifat, zen, eling, dan waspada.

New Sincerity dalam hal ini berbicara di wilayah ketulusan dalam penciptaan karya. Tulus berkarya bukan berarti ngawur atau rapi (diempet). Dalam pamerannya, Januar mencoba mencari ketulusan baru dengan ragam konsep juga teknik dan waktu penciptaannya.
Batman Was Here, batshit, & acrylic on trapalin, 230x160 centimeter.

Batman Was Here dikerjakan Januar hampir tanpa sengaja. Sebab rupanya dia memperhatikan para kelelawar yang membuat rumah di langit-langit. Para kelelawar akan kembali pulang setelah mencari makan pada malam hari. 

Sementara hasil dari proses makan adalah kotoran-kotoran mereka yang berjatuhan dari atas dan menimpa kain goni selebar 2x1,5 meter. Kotoran-kotoran mereka dibiarkan oleh Januar dan hanya ditambahkan tulisan dari akrilik menjadi Batman Was Here. Tampak seperti tanda mata dari para kelelawar pada kebaikan hati Januar yang membiarkan mereka membangun ”rumahnya.” 

Dalam rangkaian Metameme, karyanya tak luput dari metafora-metafora. Meme sendiri dapat mereplikasi dirinya dalam bentuk peniruan laiknya virus dan membentuk suatu budaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: