Merayakan Kematian dan Kehidupan dengan Sembahyang King Ho Ping

Merayakan Kematian dan Kehidupan dengan Sembahyang King Ho Ping

JALAN KE SURGA Kertas kuning dilipat oleh Ing Julita & Sanny dan ibu-ibu yang lain menjadi berbentuk kapal dan teratai. Beserta lembaran- lembaran kertas toa kim, kertas kuning itu dibakar di tungku berwarna merah yang berada di halaman kelenteng.-Alfiyanto Indra Jayadi-

Sembahyang King Ho Ping memiliki arti king (sujud) dan ho ping (saudara/kawan akrab). Sembahyang itu biasanya dilaksanakan pada akhir Agustus bulan September. Untuk mendoakan dan memberikan hormat kepada arwah leluhur yang sudah meninggal dunia. 

Digelar Minggu, 21 Agustus 2022, ibadah yang dilakukan di Kelenteng Ba De Mio 24 Chit Gwee 2573 atau Kelenteng Delapan Jalan Kebajikan, Surabaya itu dipimpin seorang Cuce yaitu Liem Tiong Yang. Sementara sebagai pwee Ce atau pendamping peribadatan ada Ing Julita dan Sanny. 

Untuk memulai sembahyang, Cuce memanjatkan doa sesuai cara Konghucu. Setelah itu dilakukan pembacaan nama-nama orang yang telah meninggal dunia agar didoakan.

Pada akhir sembahyang, kertas kuning yang dilipat dengan bentuk tertentu dimasukkan ke dalam replika kapal. Simbol transportasi untuk mengantar arwah ke tempat semula itu lantas dibakar. 

Upacara yang dipersembahkan kepada arwah itu sejatinya dilakukan untuk merayakan kematian sekaligus terhadap kehidupan itu sendiri. Maka terdapat sesaji makanan dan minuman yang diletakan di altar utama untuk mengenang mereka yang telah meninggal seolah-olah mereka masih hidup.


KHUSYUK Doa yang dipanjatkan Cuce atau pemimpin peribadatan King Ho Ping yang dilaksanakan oleh Liem Tiong Yang dengan memegang dupa merah di tangannya.-Alfiyanto Indra Jayadi-


PENANDA Bel dibunyikan oleh Cuce Liem Tiong Yang untuk memberitahukan kepada umat yang ikut sembahyang King Ho Ping agar bersiap karena peribadatan segera dilakukan.-Alfiyanto Indra Jayadi-


PERSEMBAHAN Di samping wadah tempat membakar kertas toa kim, ada sesaji yang bermakna masing-masing. Buah apel bermakna keselamatan. Pir dimaknai sebagai jalan atau jembatan penghubung. Sedangkan jeruk adalah rezeki atau keberuntungan.-Alfiyanto Indra Jayadi-

Sumber:

Berita Terkait