Kya-Kya Reborn, Menghidupkan Lagi Wisata Pecinan Jalan Kembang Jepun, Surabaya

Kya-Kya Reborn, Menghidupkan Lagi Wisata Pecinan Jalan Kembang Jepun, Surabaya

GAPURA Kya-Kya Kembang Jepun di sisi timur mejadi ikon khas kawasan pecinan Surabaya.-BOY SLAMET-Harian disway-

Itulah yang menjadi pembeda. Sekaligus berpotensi menarik banyak pengunjung. Terutama bagi muda-mudi. Sebab, tempat-tempat ikonik nan lawas seperti itu digandrungi untuk menjadi spot foto dan selfie.

Bakal disediakan wisata transportasi tradisional. Tentu saja bukan dokar seperti di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Melainkan becak kayuh agar pengunjung tetap bisa menikmati nuansa lawas. 

“Untuk permulaan, kami sediakan lima becak dulu,” ungkap Wiwiek. Jumlah itu disesuaikan dengan kebutuhan. Mengingat area Kya-Kya Reborn ini tak cukup panjang. Hanya sekitar 250 meter. Dimulai dari gerbang sebelah barat hingga perempatan Slompretan.

Itu beda dengan Kya-Kya lama yang lebih panjang dan luas. Ya, kali ini Pemkot Surabaya memang tak mau muluk-muluk. Asal Kya-Kya hidup kembali dan bergeliat secara perlahan.

Bahkan, jadwal bukanya pun dipersingkat. “Nggak rutin setiap hari. Kami ingin percobaan setiap akhir pekan dulu. Lalu kita lihat bersama perkembangannya,” terangnyi.

Peluncuran Kya-Kya Reborn kurang 10 hari lagi. Semua persiapan terus dikebut. Di Jalan Kembang Jepun sudah terpasang banyak lampion. Tinggal di Jalan Karet yang sama sekali belum dipercantik.

Rencananya, bakal dihias mirip Jalan Kembang Jepun. Sepanjang Jalan Karet dipasangi 60 buah lampion, rumbai-rumbai, ornamen dari akrilik yang semuanya khas kebudayaan Tionghoa. 

Namun, seluruh ornamen itu sama sekali belum tampak, sore kemarin. Tidak terlihat satu petugas pun yang sedang menuntaskan persiapan. Jalan Karet masih sesak kendaraan. Di ruas kiri, para kuli panggul sibuk mengangkut barang-barang ke bak mobil.


Rumah Abu keluarga Han yang berada di Jalan Karet. -BOY SLAMET-Harian disway-

Sementara tiga rumah abu pun demikian. Lampion-lampion lawas masih menggantung di beranda Rumah Abu Han. Belum diganti baru. Warnanya pun berubah menjadi putih.  

Rumah Abu The juga sama. Hanya pagar hijaunya yang menyala. Teras penuh debu dan daun-daun kering. Tembok putihnya masih kotor oleh sawang di mana-mana. Nuansanya lebih redup.

“Memang ada beberapa bangunan otentik yang bakal diperbaiki,” kata Kepala Bidang Bangunan Gedung DPRKPP kota Surabaya Iman Krestian Maharhandono. Yakni delapan bangunan di Jalan Kembang Jepun dan delapan lainnya di Jalan Karet.

Saat ini, masih dalam tahap sampling. Alias menentukan kecocokan antara suasana dan warna cat dinding. Harapannya bisa memberi sentuhan nuansa Old China Town. “Ini masih kita mock-up. Mudah-mudahan minggu ini yang di Jalan Karet rampung,” ungkap Iman.

Sedangkan, untuk persiapan lainnya sudah ada yang tuntas. Seperti penataan parkir hingga dekorasi dan lighting di Kembang Jepun. Tinggal mempercepat normalisasi saluran air serta manajemen sampah, serta kebutuhan air bersih dan listrik. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: