Nilai Tukar Petani Naik Tipis

Nilai Tukar Petani Naik Tipis

Petani menanam padi di salah satu kawasan Surabaya yang masih tersisa untuk sawah.-Michael Fredy Yacob-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- NILAI tukar petani (NTP) Agustus 2022 mengalami kenaikan 0,66 persen. Dari 102,66 persen di Juli 2022 menjadi 103,33 persen. Kenaikan itu disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) turun 0,05 persen. Sementara, indeks yang  dibayar petani (Ib) turun lebih jauh diangka 0,70 persen.

Kepala BPS Jatim Dadang Hardiawan mengatakan, ada empat subsektor pertanian yang mengalami kenaikan NTP. Di antaranya: tanaman pangan sebesar 4,26 persen, tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,73 persen, sektor peternakan 0,46 persen, dan perikanan 0,02 persen.

Selain itu satu subsektor yang mengalami penurunan. Yakni hortikultura dengan penurunan sebesar 12,49 persen. “Dari lima provinsi di Pulau Jawa yang melakukan penghitungan NTP, kenaikan terbesar terjadi di Provinsi Banten sebesar 2,27 persen,” katanya, Kamis 1 September 2022.

Jika dibandingkan 2021, NTP di Agustus 2022 ini mengalami kenaikan sebesar 3,27 persen (year on year). Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat, ada 10 komoditas utama yang mempengaruhi kenaikan terbesar indeks harga yang diterima petani Agustus 2022 ini.

Komoditas itu adalah gabah, telur ayam ras, sapi perah, ketela pohon, tembakau, kacang tanah, kacang kedelai, ketela rambat, kacang hijau, dan cengkeh. Sementara, penurunan indeks harga yang dibayarkan oleh petani disebabkan turunnya indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 1,20 persen.

Sedangkan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM), naik sebesar 0,11 persen dari bulan sebelumnya.

Melihat kondisi itu, Anggota komisi B DPRD Jatim Daniel Rohi menilai NTP menjadi indikator kesejahteraan petani. Namun, ia mendesak pemerintah agar lebih peduli terhadap kehidupan yang layak bagi petani. Karena, menurutnya saat ini petani di Jatim khususnya, masih jauh dari kata sejahtera.

“Ya, kita lihat saja kehidupan mereka. Untuk bisa makan besok saja masih mikir. Belum lagi harga pupuk yang melambung tinggi. Walau, ada pupuk subsidi. Seharusnya, petani bisa lebih kaya ketimbang kita. Karena, tanpa mereka, kita tidak bisa makan,” tegasnya. (*)

 

Sumber: