Pengmas FEB Unair Dampingi Penggiat Batik Tin Hingga Punya HAKI

Pengmas FEB Unair Dampingi Penggiat Batik Tin Hingga Punya HAKI

Tim Pengmas FEB Unair berfoto bersama warga penggiat Batik Tin di Kelurahan Gundih, Surabaya.--

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Untuk meningkatkan perekonomian warga sekaligus mendukung upaya pelestarian batik, program Pengabdian Masyarakat (Pengmas) yang dijalankan tim FEB UNAIR diarahkan ke Kampung Sumber Mulyo. Tim mendampingi uusaha produksi batik tulis yang dirintis warga agar makin berdaya.

Di Jalan Sumber Mulyo IV, Gundih, Bubutan, Surabaya, berdiri usaha produksi batik tulis yang dirintis warga. Dirilis sejak 2020, usaha tersebut dijalankan secara gotong royong oleh warga. Ciri khas batik mereka adalah mengangkat motif tanaman tin atau ara. Tanaman yang berasal dari Asia Barat, termasuk kerabat pohon beringin. 

Itulah mengapa warga memperkenalkannya dengan nama Batik Tin, Kampung Gundih Surabaya.

Kepedulian warga terhadap eksistensi batik sebagai produk busana asli Nusantara, itu mendorong Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, itu mendampingi usaha warga. ”Kebetulan Kampung Batik Tin, Gundih, Surabaya, sudah mendapat dukungan dari Pemkot Surabaya. Pada pertengahan Juni 2022, Wali Kota Eri Cahyadi meresmikan Kampung Batik Tin. Jadi kami ingin membantu pemkot juga,” ungkap Dr Tri Siwi Agustina, anggota tim Pengmas FEB Unair. 
Suasana pelaksanaan workshop batik yang dilakukan tim Pengmas FEB untuk warga penggiat Batik Tin.

Saat meresmikannya, Eri berharap adanya kampung batik tersebut dapat menjadi solusi untuk meningkatkan derajat perekonomian warga yang mayoritas tergolong Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). 

Maka dalam observasi awal, tim Pengmas FEB Unair memetakan potensi usaha, kendala, pola kerja, dan bagaimana mengembangkan Batik Tin sehingga dapat mendukung perekonomian warga Kampung Sumber Mulyo. "Secara bentuk, motif batik tin belum begitu beragam. Masih berkutat seputar motif ranting, dahan, dan daun. Kami dorong kreativitas warga," ujar Nurullaily Kartika, SE, MBA, ketua tim Pengmas.

Hasil observasi selanjutnya, tim Pengmas mengumpulkan data berdasarkan keterangan Camat Bubutan, Drs Kartika Indrayana. "Beliau menyampaikan bahwa Batik Tin menerima pesanan senilai Rp27 juta dari instansi pemerintahan, puskesmas dan OPD di Kota Surabaya," ungkap dosen 38 tahun itu.

Berdasarkan hal tersebut, tim merumuskan serangkaian kegiatan terkait motif batik. Berupa penyuluhan, workshop, dan berbagai pembinaan lain. Langkah pertama dilakukan untuk mendorong kreativitas warga. "Supaya motif Batik Tin tidak monoton. Harus diperkaya sehingga dapat ditawarkan ke berbagai khalayak dan terjaga eksklusivitas pemakainya," ujar Siwi. 

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengadakan pelatihan desain batik dan pewarnaan untuk mengembangkan kreasi dan keterampilan mendesain motif batik. Dalam pelatihan di Balai Desa Gundih, pada 20 Agustus 2022 itu, tim menghadirkan dua narasumber; Bening Tri Suwasono dan Danang Priyanto. Keduanya dosen dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta, sekaligus praktisi batik.
Para warga penggiat Batik Tin diajari cara membuat desain batik.

Bening mengenalkan dasar-dasar membuat motif batik. "Pertama, kita harus betul-betul mengenal motif. Baru kemudian cara membuatnya yang diawali dengan menggali ide atau gagasan," ujarnya ketika itu.  

Tahap selanjutnya, Bening memberikan workshop tentang merancang dan mendesain motif hingga diwujudkan dalam sebuah karya akhir baik. Baik berupa prototype maupun praktik langsung dengan selembar kain. 

Narasumber kedua, Danang, memberikan pengantar pewarnaan batik yang meliputi jenis-jenis pewarnaan, formula untuk membuat percampuran dan pencelupan warna, serta teknik dalam pencelupan. Danang memberikan contoh-contoh batik yang telah diwarnai dengan pewarna alam dan pewarna sintetik. Pewarna alam tentu menghasilkan karya batik lebih estetik dan tahan lama dibanding sintetik.

Peserta sangat antusias. Terutama saat praktik membuat pengembangan desain, yang ditugaskan oleh narasumber. Praktik tersebut melatih kejelian dan daya kreatif warga dalam mengeksplorasi dan mengembangkan motif tanaman tin. Mulai dari buah, daun hingga rantingnya. 

Siswojo, Ketua RW 04 Gundih, sekaligus pembina dari kelompok usaha Batik Tin, menyebutkan bahwa pelatihan yang digagas tim Pengmas FEB membuat mereka banyak belajar. “Mulai dari pakem batik seperti apa, bagaimana mengembangkan motif, hingga menentukan ide atau gagasan. Demikian juga tentang pewarnaan. Ternyata banyak trik yang kami dapatkan. Pastinya sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas batik kami,” katanya.

Sumber: