Pengmas FEB Unair Dampingi Penggiat Batik Tin Hingga Punya HAKI

Pengmas FEB Unair Dampingi Penggiat Batik Tin Hingga Punya HAKI

Tim Pengmas FEB Unair berfoto bersama warga penggiat Batik Tin di Kelurahan Gundih, Surabaya.--

Kegiatan kedua adalah sosialiasi HAKI atas karya batik. Tim Pengmas menemukan bahwa orisinalitas motif Batik Tin karya warga Sumber Mulyo belum didaftarkan pada HAKI. Para dosen pun memberi sosialisasi terkait proses pengajuan HAKI, serta manfaatnya. "Kami melihat, dampak secara perekonomian saat ini belum begitu signifikan. Mungkin karena masih tahap rintisan usaha. Namun sejak produk mereka laku dipesan banyak instansi utk seragam, mereka mulai melihat adanya peluang usaha dari membatik," ujar Siwi.

Pendapatan dari batik yang laku terjual dapat dirasakan dan menjadi tambahan penghasilan untuk menutupi kebutuhan rutin keluarga masing-masing. Maka agar produk mereka tidak ditiru atau dibajak, perlu adanya kekuatan hukum dari segi HAKI. "Kami dorong dan bantu agar karya batik dari Batik Tin mendapat legalitas atas hak cipta. Produk mereka terkait motifnya orisinil. Kalau tidak punya HAKI, bisa diklaim orang lain," tutur dosen FEB itu.
Melalui pelatihan intensif, diharap warga dapat mengembangkan usaha Batik Tin.

Tim lantas memberi pelatihan tentang branding dan promosi. Pada era digital, promosi cukup efektif bila dilakukan melalui media sosial. Kreativitas dalam berpromosi pun menjadi nilai tambah dalam meningkatkan hasil penjualan. Maka, pada 4 September mendatang, tim akan mengadakan pelatihan memotret produk menggunakan smartphone. "Produk bisa difoto dan didesain hanya dengan smartphone. Tak perlu kamera mahal. Yang penting kreatif," ujarnya.

Setelah melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan pembinaan, warga penggiat Batik Tin mulai berani menentukan tema batik. Mereka mengeksplorasi tanaman tin sebagai motif serta pengayaan aksentuasi sehingga dapat memperindah objek dari sisi ornamentiknya. Mereka juga mulai berinovasi dalam branding. Terutama melibatkan kaum muda warga sekitar. 

Kegiatan Pengmas tahap selanjutnya digelar pada 10 September dengan pelatihan manajerial usaha yang meliputi manajemen pemasaran dan manajemen pengorganisasian. “Harapan kami Pengmas ini dapat mendorong dan memajukan pengrajin di Kampung Batik Tin untuk menghasilkan produk batik yang memiliki daya jual dan daya saing,” tegas Nurul.  

Selain Nurul dan Siwi, tim Pengmas beranggotakan Dr Yetty Dwi Lestari, SE, MT, Noorlaily Fitdiarini, SE, MBA, serta empat mahasiswa dari prodi S1 Manajemen FEB; Qothrunnada Salsabila, Humaira Athiya Rachman, Assadam Risqi dan Andhika Rayhan Hilmy. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: