Rekam Jejak Sketsa; Satu Dasawarsa arsiSKETur Indonesia Konsisten Padukan Arsitektur-Sketsa
Juddy Prasinto, anggota senior, mewakili arsiSKETur Indonesia, memotong tumpeng diserahkan kepada anggota muda.--
SEMARANG, HARIAN DISWAY - Komunitas arsiSKETur genap berusia sepuluh tahun pada 28 Agustus lalu. Penanda satu dasawarsa perjalanannya dirayakan dalam Tasyakuran 10 Tahun arsiSKETur Indonesia bertajuk Rekam Jejak Sketsa.
Sesuai tema acara, ada banyak jejak yang telah ditorehkan oleh arsiSKETur. Terhitung sejak berdiri pada 2012 silam hingga komunitas arsiSKETur yang diketuai Bagas Widyanto itu kini memiliki 300 anggota aktif. Tersebar di berbagai belahan Indonesia.
Karena itu meskipun berdiri di Semarang, arsiSKETur tak lagi berkiprah di kota Raden Saleh saja. Namun bisa digerakkan dari mana saja dan merambah ke mana pun.
Bagas Widyanto, ketua arsiSKETur Indonesia, menyampaikan sambutan. -SUWITO untuk Harian Disway-
Terbukti hingga melewati satu dasawarsa, selain tetap digerakkan di Semarang, arsiSKETur telah memiliki enam chapter. Di Magelang, Salatiga, Manado, Yogyakarta, Solo, dan Surabaya.
Keanggotaannya pun semakin terbuka. ”Bila dulu hanya para arsitek yang menekuni sketsa, kini siapa pun disilakan bergabung. Malah kini yang muda-muda sedang getol kami dorong mencintai sketsa lebih awal,” kata anggota senior Juddy Prasinto.
Karena itu Juddy yang memotong tumpeng tasyakuran, seolah menyiratkan simbol tentang regenerasi di tubuh arsiSKETur ketika ia memberikan pucuk tumpeng itu kepada seorang anggota muda Nesia Oktanoviyanti.
Dengan banyak perubahan itu, nyatanya ruh arsiSKETur tidak luntur. Seperti yang disuratkan oleh Epri Widiangkoso –anggota- dalam puisinya berjudul 10 Tahun arsiSKETur, komunitas itu tetap jadi ”kumpulan orang-orang yang suka nyeket sambil tour”. ”Napas arsiSKETur itu tak berubah sejak saya bergabung pada 2012,” kata Epri yang juga mempresentasikan Smart Board.
Epri Widiangkoso yang membacakan puisi yang ditulisnya sendiri berjudul 10 Tahun arsiSKETur. -SUWITO untuk Harian Disway-
Digelar dengan suasana reuni dan kangen-kangenan yang gayeng, acara itu mengguratkan jejak baru.
Pertama buku arsiSKETbook #1 berjudul Semarang dalam Sketsa bisa diluncurkan. ”Karya anggota arsiSKETur itu dipersentasikan Krisna Wariyan. Ia salah seorang sketser yang berkarya dalam buku bersama Yuventus, Fajar Sudiyono, Bagas Widyanto, Lebon, Quinto Maximo, Mick Lo, Retno Palupi, Tony Suhartono, Solekhan, alm Adi Wibowo, dan alm Martha Adi,” terang Bagas.
Semarang dalam Sketsa, sebuah buku yang menandai peringatan satu dasawarsa arsiSKETur Indonesia.
Berikutnya dihantar oleh Markus Sugiarto, diluncurkan arsiSKETstore. Toko digital dan non-digital yang dirancang siap memasarkan produk-produk para anggota.
Markus Sugiarto tengah mempresentasikan arsiSKETstore. -SUWITO untuk Harian Disway-
Dijelaskannya Sugi -panggilan karib Markus- arsiSKETstore yang dirancang arsiSKETur itu mengolah sejumlah karya sketsa dialihmediakan menjadi craft dan beragam desain.
”Misalnya bisa dirancang untuk mug atau tatakan gelas, kaus, dan sebagainya. Nantinya para anggota bisa mendapat pemasukan dari karya-karya sketsanya,” beber pendiri arsiSKETur bersama Quinto Maximo dan satu orang lainnya itu.
Untuk memperkuat bahasan tentang sketsa, acara yang digelar di Aula Al-Azhar Semarang itu dihantar dalam talkshow Sketch and Heritage bersama dua narasumber. Sketser Surabaya LK Bing dan tokoh Semarang Albertus Kriswandhono. Keduanya berbicara tentang sketsa dan bangunan heritage, sebagai objek yang banyak dimanfaatkan para sketser arsiSKETur ketika bersketsa.
Albertus Kriswandhono narasumber talkshow dengan topik Sketch and Heritage bersama LK Bing (kanan) yang dipandu Tomi Hario. -SUWITO untuk Harian Disway-
”Pak Bing sangat kompeten di bidang seni sketsa. Ia maestro dan mentor sketsa internasional. Pak Kriswandhono adalah konservator kawasan Kota Lama Semarang yang sangat ahli dan fokus di bidang heritage,” ungkap Sugi yang Ketua Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Jawa Tengah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: