Gogi Nebulana dan Emas Pertama di Kejuaraan Dunia: Sasana Harmony Wushu Jaga Tradisi Jawara (3)

Gogi Nebulana dan Emas Pertama di Kejuaraan Dunia: Sasana Harmony Wushu Jaga Tradisi Jawara (3)

Kemegahan Sasana Harmony Wushu yang dikelola Juara Dunia Gogi Nebulana.-Dok Pribadi-

Sehari pasca ditutupnya Kejurnas Piala Presiden 2022 di Graha Unesa, Gogi mengirim pesan WhatsApp ke Harian Disway. Ia mengirim video singkat yang isinya menunjukkan aktivitas latihan rutin anak didiknya di Sasana Harmony Wushu miliknya di Bogor, Jawa Barat. Di tempat itu ia menjaga tradisi keluarga. Atlet-atlet kelas nasional dan dunia banyak lahir di sana.

SASANA Wushu di video itu terlihat begitu megah. Bendera Merah Putih raksasa terpampang di dindingnya. Pilar-pilar putih nan tinggi dililit naga emas.

Tepat di bawah bendera Indonesia, lambang Harmony Wushu berwarna emas terukir dengan dua kepala naga yang menjorok ke dalam.  di samping kanan dan kiri; juga dalam ukiran yang tak kalah besar. Desain interiornya menunjukkan betapa tinggi selera seni sang pemilik.


Atlet-atlet binaan Sasana Harmony Wushu dididik sejak cilik di Bogor.-Dok Pribadi-

Desain megah padepokan yang ia asuh bersama kakaknya itu dibuat bukan tanpa alasan. Ia sengaja membuatnya megah agar memberikan memori indah yang membekas hingga dewasa di benak tiap muridnya. 

“Tempat latihan yang kumuh juga bisa lahir yang jago-jago. Tapi traumatis,” tutur Gogi.

Sungguh tak mengherankan, dari tempat itulah para juara dunia seperti Edgar Xavier Marvelo, Erwein Wijayanto, Kelvin Young, Jason Keitaro, Zoura Nebulani dan banyak lagi lainnya dilahirkan. Termasuk juga Gogi sendiri lahir dari sana pula.

Cikal bakal Harmony Wushu berada jauh di timur Indonesia. Tepatnya di tanah Papua. Ayah Gogi, Swastika Ananta mulai melatihnya anaknya. 

Di awal perjalanannya, Ananta hanya melatih atlet muda dari rekan terdekat. Namun, hanya kedua anaknya yang benar-benar memperdalam wushu hingga berlanjut ke kompetisi bergengsi. Mereka adalah Gora Nebulana dan Gogi Nebulana.

Dalam catatannya, Gogi menyebutkan jika Ananta mendapatkan keterampilan Wushu berkat latihan yang didapat dari sang ayah Kho Kiem Po. 

Sang kakek juga mewarisi ilmu wushu dari ayahnya Kong Ling. Buyut Gogi.

Namun, tidak ada catatan yang benar-benar bisa menjelaskan tentang sosok Kong Ling itu.

Kho Kiem Po memiliki 12 orang anak. 3 di antaranya merupakan laki-laki, Ananta salah satunya.

Meski demikian, hanya 2 anak laki-laki Kho Kiem Po yang benar-benar memperdalam ilmu wushu: Kho Ping Hoo (Asmaraman Sukowati) dan Kho Ping An (Swastika Ananta Christyana).

Sedangkan yang ketiga dan paling kecil Kho Kiong San, memilih jalannya sendiri di luar wushu.

Anak laki-laki Kho Kiem Po yang paling tua, Kho Ping Hoo, merupakan legenda sastra Indonesia. Kho Ping Hoo populer berkat karya-karya cerita silat (cersil) yang ditulisnya. 


Juara Dunia Edgar Xavier Marvelo dengan koleksi medalinya berfoto dengan Gogi Nebulana.-Dok Pribadi-

Ia menuangkan pikirannya serta menyebarkan bela diri Tiongkok melalui jalan sastra. Salah satu judul cersil terkenal yang ditulisnya yakni ‘Bu Kek Siansu’ dengan jumlah cerita yang berjilid-jilid.

Musisi Iwan Fals dalam salah satu baladanya yang berjudul ‘Teman Kawanku Punya Teman’ menyebut Kho Ping Hoo dalam liriknya yang bunyinya, “Kaca mata tebal, maklum kutu buku. Ngoceh paling jago, banyak baca Kho Ping Hoo.” 

Hal tersebut membuktikan satu hal, yakni betapa dekatnya karya-karya Kho Ping Hoo dengan generasi di era itu. 

Kho Ping Hoo memberi sumbangsih besar pada khazanah sastra Nusantara, terutama dengan cerita silat Tiongkoknya. Hingga akhir hayatnya di tahun 1994, Kho Ping Hoo telah menulis setidaknya ratusan judul cersil semasa hidupnya.

Sedangkan sang adik Ananta Swastika, memilih jalan bela diri wushu dan menurunkan keterampilannya itu pada kedua putranya. 

Ananta mendirikan Harmony Wushu di tahun 1980-an, semasa ia masih bekerja sebagai penerjemah perusahaan Freeport di Papua. Kala itu ia menyebutnya dengan nama Silat Laras Jagad. 

Nama Silat Laras Jagad dipakai untuk tujuan keamanan dan kenyamanan. Lantaran di masa itu, stigma dan sentimen masyarakat masih begitu kental terhadap segala sesuatu yang berbau Tiongkok. Selain kedua putranya, murid yang Ananta ajar pun hanya terbatas pada rekan-rekan dekatnya.

“Saya pertama berlatih wushu dari papa ketika saya umur 6 tahun. Waktu itu yang diajarkan hanya Wushu tradisional,” kata Gogi.


Juara Dunia Wushu Gogi Nebulana menunjukkan kemampuannya.-Alva Reza/Harian Disway-

Wajar jika Gogi hanya mempelajari Wushu tradisional dari ayahnya. Sebagai olahraga bela diri, wushu belum diakui negara secara resmi waktu itu. Hal itu praktis membuat wushu yang dipelajarinya terputus dengan perkembangan wushu modern di negeri asalnya: Tiongkok.

Maju ke tahun 1993, Ananta dan keluarga diboyong ke Jawa. Tepatnya di Bogor. Saat itu wushu telah secara resmi diakui negara sejak 1992, melalui naungan PBWI. Wushu pun mulai berkembang secara perlahan di Nusantara.

Di Jawa, Gora dan Gogi mulai berkenalan dengan wushu modern melalui gurunya yang didatangkan langsung dari Tiongkok. 

Latihan itu mereka dapat di Jakarta. Sejak saat itu, kompetisi demi kompetisi giat mereka ikuti. 

Bersamaan dengan telah diterimanya wushu di Nusantara, Ananta mendirikan kembali padepokannya pada 1995 di Bogor, Jawa Barat. Ananta pun lalu mengganti Laras Jagad dengan nama Harmony Wushu. 

“Karena kalo Laras Jagad kesannya kayak tempatnya orang-orang sakti. Tapi secara maknanya sama dengan Harmony Wushu, yang mana artinya keselarasan dengan alam semesta atau Harmoni,” jelas Gogi. 

Meski telah didirikan kembali di Bogor, Harmony wushu belum dibuka untuk masyarakat umum. Hanya orang-orang terdekat yang berlatih di sana di awal-awal berdirinya. 

Namun baru pasca reformasi di tahun 2000an, Harmony Wushu mulai dibuka untuk menerima murid dari masyarakat umum. 

Sejak 1998 Gora sebagai putra tertua menjadi motor yang memimpin sasana tersebut, dengan sang adik Gogi sebagai wakilnya. Di tahun 2007, upaya Harmony Wushu melestarikan wushu di Indonesia itu membuahkan sejarah untuk Tanah Air. Gogi berhasil menjadi orang Indonesia pertama yang meraih emas di kejuaraan dunia Wushu di Beijing.

Di samping itu, putra Ananta, Gora dan Gogi telah banyak menorehkan prestasi di kejuaraan provinsi dan nasional. Keluarga mereka benar-benar menjaga trah tradisi wushu dengan konsisten.

Seiring berjalannya waktu, banyak nama-nama juara dunia lain juga terlahir dari sana. Di antara nama-nama itu terdapat juara dunia untuk kategori junior dan senior seperti Edgar Xavier Marvelo, Erwein Wijayanto, Kelvin Young, Jason Keitaro, Zoura Nebulani, dan masih banyak lainnya. 


Gogi Nebulana mendampingi Edgar Xavier Marvelo saat masih junior. -Dok Pribadi-

“Saya melatih Edgar sejak dia Kecil. Lalu ada juga Zora keponakan saya itu dilatih papanya sendiri, kakak saya. Terus Erwein juga juara dunia, Kelvin juara dunia, Harist juara Asia. Terus siapa lagi, ya. Saya lupa nama-namanya,” ujar Gogi menyebut nama-nama muridnya yang meraih prestasi di kancah internasional.

Gogi mengaku, sasananya tak memiliki cara khusus untuk melahirkan atlet-atlet berprestasi seperti nama-nama yang ia sebutkan. Dirinya hanya menekankan kepada anak didiknya untuk menghargai proses dan terus memiliki progres. Baginya berlatih keras dan memiliki progres adalah satu-satunya kunci utama kesuksesan anak didiknya.

“Satu hal yang pasti, saya merasa itu semua karena jodoh. Tentunya dengan Ridho Yang Maha Kuasa. Juga Bagaimana cara kita melihat potensi di sekitar kita,” tutur Gogi.

Hingga saat ini, Harmony Wushu telah melatih lebih dari 2000 murid dari masa ke masa. Untuk saat ini Harmony Wushu memiliki ratusan murid aktif. Sasananya pun tak hanya berada di kota Bogor. Kini Harmony Wushu telah berdiri di beberapa kota dan provinsi di Indonesia. (Alva Reza)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: