Takeyama Kenichi, Konjen Jepang di Surabaya yang Hobi Naik Gunung (4-habis)

Takeyama Kenichi, Konjen Jepang di Surabaya yang Hobi Naik Gunung (4-habis)

Takeyama Kenichi berpose memakai udeng khas Surabaya.-Boy Slamet-Harian Disway-

Jumlah gunung di Jepang nyaris sama dengan di Indonesia. Ada ratusan gunung berapi yang aktif. Namun, gunung-gunung di Indonesia punya tempat sendiri di hati Takeyama Kenichi. Ia lebih suka mendaki gunung-gunung di Indonesia daripada di Jepang.

 

SUDAH 13 gunung yang sudah dijelajahi sepanjang 2017-2018. Dua di antaranya adalah gunung di luar negeri. Yaitu Gunung Kinabalu, Malaysia; dan Kilimanjaro, Tanzania, Afrika pada Oktober 2018. Itu saat Takeyama bekerja di bidang Informasi, Kebudayaan, dan Pendidikan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta.

 

Akhir 2019, ia ditarik lagi ke Tokyo. Bertugas di bidang hubungan bilateral Jepang dan negara-negara ASEAN Kementerian Luar Negeri Jepang. Ia mengalami masa pandemi Covid-19 di sana. Bahkan sempat mengurus tragedi Kapal Diamond Princess. Kapal pesiar itu berlabuh di Yokohama pada awal Februari 2020. Lalu diisolasi lantaran para penumpang yang berasal dari banyak negara tersebut terpapar Covid-19. 

 

Selama di Jepang, Takeyama sebetulnya tak ingin mendaki gunung. Ia merasa cukup puas dengan gunung-gunung di Indonesia. Memilih untuk menabung kerinduannya. 

 

Takeyama pun malah mengisi waktu luangnya untuk olahraga lain. Lebih banyak untuk bermain golf. Namun, ada saja godaan yang datang.

 

“Akhir tahun, saya diajak teman ke Gunung Kumotori,” ujarnya saat ditemui di Kantor Konsulat Jenderal Jepang Surabaya, Jalan Sumatera. Takeyama pun tak bisa menolak ajakan tersebut. Sebab, gunung dengan ketinggian 2.017 mdpl itu sempat mengisi angan-angannya di masa muda.

 

Takeyama berangkat hanya dengan temannya. Seusai turun dari Kumotori, “kegilaan”-nya kambuh lagi. Ia ingin lebih banyak mendaki gunung-gunung di Jepang.

 

Ia menjelajahi gunung-gunung di segala penjuru Jepang. Terutama saat liburan musim panas. Ia berkelana ke wilayah-wilayah yang banyak gunung seperti Tohoku, Hokkaido, dan Yakushima. Menanamkan ambisi untuk mendaki 100 gunung terfavorit di Jepang.

 

Sepanjang 2020, Takeyama pun berhasil mendaki 43 gunung. Fisiknya masih mumpuni. Bahkan pernah mendaki 5 gunung sekaligus dalam 8 hari.

 

Kini, masih ada 57 gunung di Jepang yang belum ia capai puncaknya. Takeyama masih menundanya. Sebab, ia mendapat panggilan tugas untuk kembali ke Indonesia. Tepat pada April 2021, Takeyama mengisi jabatan sebagai Konsul Jenderal Jepang di Surabaya.

 

Mandat itu membuatnya girang. Tentu saja karena masih banyak gunung di Indonesia yang masuk list pendakiannya. Persiapan pun sudah matang. Termasuk perlengkapan pendakian.

 

“Saya bawa dua koper. Satu koper isinya full perlengkapan pendakian,” kenangnya lantas tertawa. Sementara satu koper lain untuk baju-baju formal. 

 

Sayangnya, perlengkapan pendakian yang diboyongnya nyaris sia-sia. Saat itu, pandemi Covid-19 di Indonesia tengah menguat. Jumlah kasus meningkat lantaran serangan Delta pada gelombang kedua.

 

Misi Takeyama terpaksa ditunda. Sebab, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan PPKM. Dampaknya, akses pendakian di seluruh gunung pun ditutup.

 

Puasa pendakian itu berlangsung lebih dari setahun. Baru pada April 2022, pandemi mulai dinyatakan melandai. Takeyama girang bukan main. Ia ingin segera “berbuka puasa”.

 

“Awal Mei, saya langsung ke Gunung Ijen,” ucapnya. Akhir Mei, Takeyama lanjut mendaki ke Gunung Agung, Bali. Hampir dua bulan jeda. Lalu lanjut lagi mendaki Gunung Prau, Jawa Tengah. Tepat seminggu sebelum kami bertamu ke kantornya.

 

Bagi Takeyama, ada perbedaan antara pendakian gunung di Indonesia dan di Jepang. Pertama, para pendaki di Jepang lebih suka mendaki gunung seorang diri. Seperti yang dijalani Takeyama selama mendaki. Hanya ditemani seorang tour guide.

 

Itu berbanding terbalik dengan di Indonesia. Lebih banyak ditemui para pendaki yang berkelompok. “Saya pun lebih senang sendiri. Tidak merepotkan yang lain. Meski berkelompok juga baik kalau ada masalah di tengah jalan,” tandasnya.

 

Kedua, menyangkut fasilitas dan infrastruktur pendakian. Di Jepang, jalur pendakian sudah sangat rapi. Semua jalur sudah dibangun jalan setapak. Petunjuknya juga jelas. Sehingga sangat kecil kemungkinan membuat para pendaki tersesat.

 

Baca juga: Takeyama Kenichi, Konjen Jepang di Surabaya yang Hobi Naik Gunung (3)

 

Sementara di Indonesia, kata Takeyama, justru sebaliknya. Jalur pendakian masih alami. Penuh hutan rimba. Tanda-tanda penunjuk jalan juga samar-samar. “Saya lebih suka mendaki gunung di Indonesia. Itu membuat saya lebih tertantang. Terasa adventure-nya,” jelas Takeyama.

 

Masih banyak daftar gunung di Indonesia yang ingin ia tuntaskan. Salah satunya, yang paling diinginkan adalah Gunung Raung. Gunung yang berlokasi di Situbondo itu terkenal dengan track yang berat. Takeyama penasaran dan merasa tertantang. 


Tapi, sebelum ke sana, ia akan menuntaskan misi 100 gunung di Jepang dulu. Takeyama pulang pada 5 Agustus nanti. Cuti kerja selama 40 hari. “Saya mau lanjutkan gunung di Jepang dulu. Baru balik lagi ke Indonesia dan mendaki kembali,” ungkapnya. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: