Nasdem Baswedan

Nasdem Baswedan

-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-

Apalagi, deklarasi sepertinya merespons laporan majalah Tempo tentang dugaan penyimpangan penyelenggaraan Formula E yang mengarah ke gubernur DKI tersebut. Terlepas dugaan dan laporan majalah Tempo itu benar atau tidak, isu yang menyertai deklarasi tidak pas untuk menghentakkan ”peluru” politik.

Dalam laporan Tempo edisi terakhir disebutkan, dua petinggi Nasdem mengakui bahwa deklarasi Anies dipercepat karena penyelidikan KPK. Semula, deklarasi akan digelar 10 November 2022. Anies memang telah diperiksa KPK selama 11 jam pada 7 September lalu, terkait penyelenggaraan balap mobil listrik.

Ketiga, deklarasi pencalonan Anies R. Baswedan hanya dilakukan sendiri oleh Partai Nasdem. Padahal, partai besutan Surya Paloh itu harus berkoalisi dengan partai lain untuk bisa mengusung calon presiden. Kalau saja deklarasi tersebut dilakukan bersama dengan dua partai yang disebut-sebut akan berkoalisi –Partai Demokrat dan PKS– daya kejutnya akan lain.

 

Bakal Calon

Meski sudah dideklarasikan partai politik, posisi Anies Baswedan kini belum bisa disebut sebagai calon presiden. Baru bisa disebut bakal calon. Apakah statusnya akan meningkat menjadi calon presiden, tampaknya, masih butuh waktu lama. Juga masih banyak faktor yang menentukannya. 

Ibaratnya, deklarasi itu sebatas tunangan atau ”lamaran resmi”. Belum sampai pada akad nikah yang mengikat selamanya untuk keduanya. Sekarang baru terjadi ikatan: Nasdem-Baswedan. 

Tahapan pilpres dan pileg masih pada tataran tahap sangat awal. Pendaftaran calon presiden dan wakil presiden baru berlangsung tahun depan. Jeda waktu deklarasi dengan tahapan menjadi calon presiden masih panjang. Segala kemungkinan masih akan terjadi terhadap Anies Baswedan.

Dalam kontestasi politik, deklarasi lebih awal bisa menguntungkan dan bisa tidak. Menguntungkan karena pemilih disuguhi kejelasan figur yang akan diusung parpol. Sayang, langkah politik Nasdem belum memberikan kepastian sang bakal calon karena suara partai tersebut belum memenuhi ambang batas untuk bisa mengusung capres.

Toh demikian, langkah Nasdem bisa menjadi pendorong parpol lain untuk segera mengajukan calon yang diusung. Dengan demikian, pemilih lebih banyak punya waktu untuk menimbang dan membanding-bandingkan beberapa calon presiden dan wakil presidennya. Ada cukup waktu untuk pengenalan dan mendalami visi dan misi semua kandidat.

Langkah dini Nasdem mendeklarasikan calon presidennya bisa mendorong munculnya kristalisasi parpol lain untuk segera mendeklarasikan calonnya. Apakah seperti nama-nama yang selalu muncul dalam tiga besar dalam setiap jakak pendapat atau muncul ”kuda putih” yang lain? Apakah kontestasi akan diikuti Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto atau muncul nama baru sebagai capres? 

Yang pasti, rakyat berharap agar pilpres kali ini hanya akan bergairah ketika setiap kandidat memperebutkan suara. Tapi, semuanya kembali bersatu setelah ada pemenang yang terpilih. Bersaing habis merebut hati pemilih, tapi kembali bersatu setelah rakyat menentukan pilihannya.

Kontestasi hanya pada saat kampanye dan pemilu. Selebihnya bersatu membangun negeri yang indah ini. Bukan pembelahan terus-menerus masyarakat politik seperti selama ini. Tak perlu ada lagi sebutan kadrun, cebong, atau nasdrun yang baru saja jadi julukan kelompok politik sekarang.

Pilpres hanyalah agenda rutin memilih seseorang yang akan memimpin kita bersama. Bukan pemimpin yang hanya untuk pemilihnya semata. Pemimpin untuk rakyat Indonesia Raya. Semoga. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: