WWF: Populasi Satwa Dunia Anjlok 69 Persen

WWF: Populasi Satwa Dunia Anjlok 69 Persen

Penggundulan hutan amazon mengancam satwa liar di Amerika Latin.-WWF-

GLAND, HARIAN DISWAY - Populasi satwa liar dunia menurun  69 persen selama setengah abad lebih. Fakta itu diungkap WWF, Kamis, 13 Oktober 2022 dalam rilisnya.

Bahkan, lebih dari 5.000 spesies mamalia, burung, amfibi, reptil, dan ikan telah punah dari bumi.

Mirisnya, kemerosotan populasi terjadi di wilayah tropis dengan aneka ragam hayati di dalamnya. WWF juga menyatakan Amerika Latin dan Karibia kehilangan populasi hewan mencapai 94 persen. 





Marco Lambertini, direktur jenderal WWF International, mengatakan organisasinya sangat khawatir dengan anjloknya data baru tersebut. 



“Ini menunjukkan penurunan populasi satwa liar yang menghancurkan, khususnya di daerah tropis yang merupakan rumah bagi aneka satwa paling beragam di dunia,” katanya. 


Monyet bajing di hutan Amzon Brazil.-WWF-



Mark Wright, direktur sains di WWF, mengatakan angka-angka itu benar-benar menakutkan. terutama untuk Amerika Latin.



“Sangat penting untuk mengatur iklim. Kami memperkirakan saat ini ada sekitar 150 hingga 200 miliar ton karbon yang terbungkus di hutan Amazon.” lanjutnya.

Miliaran ton karbon yang menyelimuti hutan Amazon setara dengan 550 hingga 740 miliar ton karbon dioksida, atau 10 hingga 15 kali lebih banyak dari emisi gas rumah kaca tahunan pada tingkat saat ini. 



Selain itu, hilangnya beberapa spesies satwa air tawar juga menunjukkan kerusakan alam yang mengerikan. 

Spesies air tawar juga menurun lebih banyak daripada yang ditemukan di habitat lain: turun 83 persen sejak 1970. 


Pembalakan hutan yang terjadi di Sumatra menghilangkan habitat satwa.-WWF-



Laporan tersebut menyatakan bahwa pendorong utama hilangnya satwa liar adalah degradasi habitat. Pembangunan, pertanian, eksploitasi alam, pengenalan spesies invasif, polusi, perubahan iklim, dan penyakit jadi penyebab utamanya. 



Lambertini mengatakan bahwa dunia perlu memikirkan dampak pertanian yang berbahaya itu sebelum rantai makanan global runtuh. 

“Sistem pangan saat ini bertanggung jawab atas lebih dari 80 persen deforestasi di darat. Dan jika melihat laut dan air tawar, mereka juga mendorong runtuhnya stok perikanan dan populasi di habitat tersebut,” katanya

Hasil penelitian itu bakal disampaikan pada pertemuan para pemimpin dunia di Montreal untuk KTT keanekaragaman hayati COP15 Desember 2022.

“Kita perlu menekankan fakta bahwa hilangnya alam bukan hanya masalah moral dari tugas kita untuk melindungi seluruh dunia. Ini sebenarnya masalah nilai material, masalah keamanan bagi kemanusiaan juga,” tegas Lambertini. 



Beberapa daerah mengalami lebih banyak kehilangan populasi daripada yang lain, Eropa misalnya, mengalami penurunan populasi satwa liar sebesar 18 persen. 

(Nuzula Maghfiro)



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: japantimes