Herbivora, Nugget Kedelai Buatan Mahasiswa Universitas Ciputra
DENGAN BANGGA, COO Herbivora Kimartha Putri (kiri) dan President of Sales Hosea Kristo Listyatmadja menunjukkan kemasan dan produk nugget kedelai Herbivora kreasi mereka. -Chyntia Dara-Harian Disway-
SURABAYA, Harian Disway - Adalah lima orang mahasiswa semester tiga Universitas Ciputra Surabaya, yang punya ide membuat nugget dari bahan kedelai. Awalnya, lima orang dari jurusan International Business Management, International Class, itu berkumpul gara-gara tugas kuliah. Namun, malah keterusan.
Ide bisnis mereka disertakan dalam kompetisi Business Plan yang diadakan oleh UC Fambus Community, awal Oktober lalu. Ternyata, gagasan mereka memikat para juri. Nugget vegan yang diberi nama Herbivora itu memenangkan posisi kedua. Kelima mahasiswa itu adalah William Putra Budiman, yang bertindak sebagai CEO, Jemima Donna Wibien (chief of financial), Hosea Kristo Listyatmadja, (president of sales), Theresia Dinda Kusuma Dewi, (chief marketing officer), serta Kimartha Putri, selaku Chief Operation Officer.
KOMPAK, para anggota tim Herbivora memeriksa produk sebelum pemotretan. Dari kiri, William Putra, Kimartha Putri, Jemima Donna, Theresia Dinda, dan Hosea Kristo. -Chyntia Dara-Harian Disway-
Mereka memanfaatkan tren kesehatan serta fenomena vegan yang sedang marak di masyarakat. Produk nugget mereka dibuat dari kedelai pilihan yang mereka tangani sendiri. Mulai dari pembuatan adonan, mencetak nugget, penepungan, hingga pengemasannya. Seluruh proses produksi dilakukan di rumah Kimartha Putri.
Ide bisnis Herbivora bermula saat mereka memikirkan membuat nugget yang dapat menjangkau oleh banyak orang. Bukan hanya anak-anak—atau anak kos. Tapi juga orang dewasa muda yang sudah memiliki pendapatan sendiri.
Mengapa nugget? ’’Karena nugget merupakan makanan yang praktis, enak, dan dapat diolah dengan berbagai cara,’’ jelas William.
Pada mulanya, mereka mencoba membuat nugget dengan bahan baku jamur. Namun, ada beberapa kendala. Salah satunya, quality control-nya terbilang sulit. Karena jamur satu dengan lainnya terkadang memiliki rasa berbeda. Selain itu, mereka tidak menemukan supplier jamur yang bagus. ’’Penyimpanan juga jadi masalah. Karena jamur tidak terlalu tahan lama,’’ lanjut William.
Memutar otak kembali, dipilihlah kedelai sebagai bahan baku utama. Menurut mereka, bahan itu menarik. Karena, di pasaran, belum ada produsen yang menyediakan nugget vegan friendly. Apalagi, dari segi rasa, nugget kedelai tak kalah gurih dengan ayam.
Itu dibuktikan oleh testimoni pelanggan yang sudah pernah memesan nugget vegan ini. ’’Katanya rasanya mirip chicken nugget. Padahal mah, dari kedelai,’’ kata Hosea.
Ketika ditemui di kampus Universitas Ciputra Selasa lalu, 25 Oktober 2022, tim Herbivora membawakan sampel nugget kedelai mereka. Mereka meminta Harian Disway mencicipi.
DIBUAT dari kedelai pilihan yang prosesnya ditangani langsung oleh kelima anggota tim, nugget kedelai Herbivora memiliki tekstur padat dan renyah, serta rasa mirip ayam. -Chyntia Dara-Harian Disway-
Kesan pertama, nugget ini berbeda dari tahu yang diolah menjadi nugget ala-ala. Karena, teksturnya padat. Seperti nugget ayam pada umumnya. Selain itu, campuran rempah-rempah yang ditambahkan ke dalam adonan memperkaya cita rasa dan menghilangkan rasa kedelai itu sendiri. Gurih, benar-benar mirip ayam.
Rencana Masa Depan
Herbivora berdiri pada Februari 2021. Produknya sudah dipasarkan secara online dengan sistem pre order. Juga berpartisipasi dalam bazar. Mereka juga kerap melakukan inovasi pada topping maupun saus yang digunakan pada perayaan-perayaan tertentu. Desember mendatang, misalnya, mereka berencana membuat varian edisi spesial Natal.
Ke depannya, mereka juga memiliki rencana untuk melakukan kerja sama dengan supermarket-supermarket hingga membuka toko offline. ’’Tempatnya sih sudah ada, ya. Namun, dalam membuka sebuah toko offline tentu memerlukan banyak persiapan,’’ jelas William.
Kompetisi Business Plan lalu mendatangkan banyak peluang bagi Herbivora. Hadiah uang yang mereka dapatkan akan digunakan untuk membeli stan. Yang nantinya bisa dipakai saat mengikuti bazar-bazar. Stan itu sudah di-custom dengan logo serta maskot Herbivora, Herbi.
Selain uang, mereka juga mendapat kesempatan mengenalkan secara langsung produk ke banyak orang. Dan dari situ, ada fakta yang membuat William dkk terkejut. Ternyata, banyak orang Surabaya yang vegetarian. Feedback positif dari pengunjung membuat tim Herbivora senang dan enjoy menjalankan bisnis mereka di tengah padatnya kuliah.
’’Karena masih mahasiswa dengan 23 SKS per semester, tugas banyak,’’ ungkap William. ’’Tapi kita juga passionate. Kita niat untuk buat bisnis ini. Jadi ya, kita menyempatkan waktu,’’ imbuhnya. ’’Jujur aja, kita juga sibuk banget, ya. Jarang ada free time untuk bersenang-senang gitu sih,’’ timpal Jemima.
Alih-alih nongkrong, mereka memanfaatkan waktu senggang yang ada semaksimal mungkin untuk memproduksi nugget. Mereka bersyukur, hingga saat ini, belum ada kendala besar yang tak dapat ditangani. Komunikasi menjadi hal penting yang selalu mereka terapkan dan menjadi kunci utama dalam menjalankan bisnis bersama.
Menurut Hosea dan Theresia, mereka ingin tetap menjalankan Herbivora meskipun nanti sudah lulus kuliah. Mereka berharap, bila ada kesempatan dan bujet, Herbivora ingin memiliki pabrik produksi nugget sendiri. ’’Plus, membuat inovasi-inovasi lain yang masih dalam koridor makanan sehat. Doakan saja, ya,’’ pinta Hosea. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: