Sarip Tambak Oso Kembali ke Balai Pemuda

Sarip Tambak Oso Kembali ke Balai Pemuda

Ludruk Warna Budaya Pagesangan usai menampilkan kisah Sarip Tambak Oso di Balai Budaya kompleks Balai Pemuda Surabaya, Minggu, 30 Oktober 2022.-Mita Octaviani/Harian Disway-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Balai Pemuda kembali menggeliat. Sudah dua tahun pertunjukan seni tak digelar karena pandemi. Warna Budaya Pagesangan mementaskan Ludruk di Gedung Balai Budaya di kompleks Balai Pemuda, Minggu, 30 Oktober 2022.

Mereka mementaskan tokoh utama Sarip Tambak Oso. Ia tokoh populer Jawa Timur terutama di Surabaya dan Sidoarjo. Sarip adalah seorang pencuri Budiman yang berani menentang pemerintahan kolonial Hindia-Belanda.

Ketua Ludruk Warna Budaya Pagesangan Bambang Sugeng mengatakan, naskah Legenda Jawa Timur, Sarip Tambak Oso dipilih untuk memperingati peringatan hari Sumpah Pemuda. “Ingin memperkenalkan, menghidupkan dan mengajak pemuda untuk lebih peka melestarikan budaya Ludruk yang nyaris mati ini,” katanya saat ditemui di lokasi pertunjukkan.

Tepat pada jam 7 malam, lampu eks Bioskop Mitra itu meredup.  Cahaya difokuskan ke panggung. 

Para penonton mulai dari anak kecil, remaja dan orang dewasa menatap lurus melihat para wanita dengan jarik warna-warni yang dikenakan. Mereka menari lemah gemulai dengan pinggul bergoyang-goyang.

Nyanyian sinden indah dan merdu, memanjakan telinga. Penyanyinya ibu-ibu PKK yang berdandan begitu anggun dengan kebaya.

Setelah penampilan ibu-ibu PKK, pertunjukan utama dimulai. Lampu yang meredup dinyalakan kembali. Kamsoli yang memerankan Sarip Tambak Oso muncul.


Ragam batik ditampilkan di pertunjukan Ludruk Sarip Tambak Oso.-Mita Octaviani/Harian Disway-

Sarip berlakon sebagai pencuri kelas kakap di rumah pejabat dan hasilnya dibagikan untuk masyarakat miskin. 

Ia marah ketika ibunya: Mbok Sarip diperlakukan tidak manusiawi oleh komplotan pemerintah kolonial. Mereka menagih utang dengan paksa ke rakyat jelata. 

Sarip yang mengetahui hal itu datang dengan wajah memerah. Dengan membawa pisau kecil di pinggang, ia  menebas habis mereka. Satu lawan banyak. Tumbang semua.

Bukan Ludruk namanya kalau tidak lucu. Pemeran Mbok Sarip membuat gelak tawa penonton. Mbok Sarip ditendang, dipukuli berkali-kali oleh para pemerintah Kolonial. Begitu Sarip datang, dia seketika berjalan bak seorang model yang lupa tongkatnyi.

Mereka tampil atas undangan Disbudparpora Surabaya. Persiapannya minim. Cuma 2 pekan. “Jumlah aktor 30 orang, ada beberapa pemain baru juga dari Universitas Bhayangkara Surabaya. Tapi memang sebagian besar pemain adalah dari anggota kami sendiri,” lanjut Bambang 

Salah satu pemuda kesenian dari Teater Kusuma, turut serta hadir dalam menikmati rangkaian pertunjukkan ludruk.  “Saya ingin belajar ludruk dari menonton ludruk, supaya bisa diterapkan di teater kusuma, mungkin saja jika kita nanti main ludruk bisa tau gimana caranya supaya para pemuda itu tertarik. Makanya saya antusias datang ke sini,” ujar Arok. (Mita Octaviani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: