Tujuh Bulan Harga Emas Anjlok

Tujuh Bulan Harga Emas Anjlok

Harga emas menurun tujuh bulan beruntun sejak perang Ukraina-Rusia.--

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Melemahnya harga emas terjadi tujuh bulan beruntun. Sepanjang Oktober, emas  meninggalkan catatan negatif.

Harga emas memang sempat menggila awal tahun ini. Perang Rusia dan Ukraina membuat orang-orang mencari investasi paling aman: aset safe haven berupa emas.

Rekor harga tertinggi terjadi pada 9 Maret 2022, atau dua pekan setelah perang meletus. Hari itu nilai jualnya mencapa Rp 1.036.000 per gram. Setelah itu harga emas terjun bebas hingga kembali di bawah Rp 1 juta sepekan kemudian.

Tren penurunan terus terjadi mengingat sektor industri dan perdagangan mulai tumbuh. Perang Ukraina dan Rusia memang masih berkecamuk, namun perekonomian dunia perlahan menemukan ritmenya untuk kembali pulih. 

Mungkin harga emas bakal naik lagi jika situasi di Eropa Timur meletus. Yang kini ditakutkan adalah perang nuklir.  Selama situasi masih stagnan, harga emas diprediksi bakal kembali turun atau tetap di kisaran Rp 900 ribuan. Hari ini harga emas antam mencapai Rp 936 ribu per gram.

Pelemalan di penghujung Oktober terjadi setelah sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuan. Kenaikkan tersebut sebenarnya sudah dilakukan sejak Maret.

Kenaikan suku bunga acuan membuat dolar menguat. Karena harga emas ditentukan berdasarkan dolar, maka penguatan itu membuat emas melemah.

 

Pelemahan emas dari bulan terbilang lumayan besar: 

April 2,1 persen

Mei 3,1 persen

Juni 1,6 persen

Juli 2,3 persen

Agustus  3,1 persen

September 3,0 persen

Oktober  1,6 persen

 

Rupert Rowling, analis Kinesis Money, memperkirakan emas masih akan melemah beberapa hari ke depan. Sebab, kebijakan ketat The Fed diperkirakan masih akan berlangsung lama.

"Dengan inflasi yang masih tinggi dan data tenaga kerja yang masih kuat, sulit bagi The Fed untuk mulai melonggarkan kebijakan," tutur Rowling, kepada Reuters, 1 November 2022.

The Fed menggelar Federal Open Market Committee (FOMC) hari ini hingga besok, 1-2 November 2022.

Pasar sudah berekspektasi jika The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps. Pasar kini lebih menanti sinyal kebijakan The Fed ke depan. "Pelaku pasar akan memilih untuk wait and see hingga keputusan The Fed keluar," tutur Rowling. (*)



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: