Mozaik Kasus Sekeluarga Tewas di Kalideres

 Mozaik Kasus Sekeluarga Tewas di Kalideres

-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-

Sekeluarga meninggal di Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat, pekan lalu. Suami istri Rudyanto Gunawan (71)-Margaretha (68), anak Dian (40), dan ipar Budi (63). Penyebab kematian jadi polemik.

KAPOLRES Metro Jakarta Barat Kombes Pasma Royce kepada pers, Jumat, 11 November 2022, mengatakan, setelah ditemukan, empat jenazah langsung dikirim ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Kombes Pasma: ”Hasil pemeriksaan, tidak ada makanan di lambung semua mayat. Mereka tidak makan beberapa hari. Juga, otot-otot mereka semua sudah mengecil. Waktu kematian, sekitar tiga pekan sebelum diperiksa.” 

Dilanjut: ”Tidak ada tanda-tanda kekerasan pada semua mayat. Tidak ada darah. Kering. Kondisi TKP rapi, tidak ada tanda-tanda kekerasan. Tidak ada bekas darah.”

Simpulan sementara, mereka bukan korban pembunuhan. Cuma tidak makan. Bisa disimpulkan, empat jenazah itu lapar. Itu bukan simpulan polisi. Tidak. Polisi hanya menyatakan, tidak ada makanan di lambung. Secara umum ditafsirkan lapar.

Sebab, rumah korban di lingkungan kelas menengah bawah (middle-low) Jakarta. Kluster. Gerbang perumahan dijaga satpam 24 jam. Tamu masuk harus meninggalkan identitas diri. 

Rumahnya satu lantai, ukuran sekitar 8 x 15 meter. Perkiraan harganya Rp 1,5 miliar. Ada pula sebuah mobil Honda Brio keluaran baru seharga sekitar Rp 150 juta. Jadi, kecil kemungkinan korban sulit beli makan.

Namun, karena pengumuman polisi, lambung korban tanpa makanan (fakta forensik), media massa menyimpulkan: lapar, yang dekat dengan kata kelaparan, maka jadi masalah.

Wali Kota Jakarta Barat Yani Wahyu Purwoko mendatangi rumah korban Sabtu (12/11). Melihat rumah korban di luar karena sudah dipasang police line. Ia ngobrol dengan ketua RT/RW. Lantas, bicara ke wartawan. 

”Saya dapat dari lingkungan sekitar, dari RT/RW, bahwa memang keluarga ini tertutup. Tidak berinteraksi, tertutup. Boleh dikata, dugaannya ini, mereka antisosial.”

Jelas, wali kota merasa kinerjanya terusik jika ada warganya kelaparan. Maka, ia mendatangi TKP. Kemudian, disimpulkan, korban diduga antisosial.

Simpulan antisosial itu ditanggapi Ketua Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia DKI Jakarta Martha Tiana Hermawan. Kepada pers, Minggu,13 November 2022, dia menjelaskan.

”Seharusnya, sebagai pamong, wali kota Jakarta Barat tidak tergesa-gesa menuduh orang yang meninggal dengan tuduhan negatif. Secara etika, sebagai seorang pejabat, itu tidak etis. Orang sudah meninggal kok dituduh negatif.”

Dilanjut: ”Tuduhan bahwa keluarga yang meninggal sebagai warga antisosial jelas tidak menjawab apa penyebab kematian mereka. Malah menjelekkan orang yang sudah meninggal.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: