Nusantara Akihabara

Nusantara Akihabara

-Reza-

Menurut Zahrul, selain Masjid Nusantara Akihabara, ada sejumlah masjid didirikan warga Nahdliyin di Jepang. Misalnya, Masjid NU At-Taqwa di Koga dan Masjid Kabukicho Tokyo. 

"Sebetulnya banyak masjid yang didirikan oleh teman-teman Nahdliyin. Namun kemudian diakuisisi oleh tetangga sebelah atau komunitas Pakistan. Misalnya masjid Sanno dan masjid Fujikawaguchico," katanya.

Menjadi khatib saat itu Ketua Tanfidziyah PCINU Ahmad Ghazali. Pria asal Pamekasan Jawa Timur ini merupakan kandidat doktor pada Gifu University. Mengambil studi tentang serangga di Fakultas Ilmu Pertanian. 

Ia akan menjadi santri profesional baru. Santri yang memiliki kompetensi di bidang sains sekaligus ahli agama. Selain santri di berbagai pesantren, ia menjalani pendidikan tingkat SD sampai SMA di madrasah. Lalu menjadi mahasiswa Saintek di UIN Malang.

Gazali menyelesaikan pendidikan S2 di Fakultas Biologi UGM. Di setiap jenjang pendidikan formalnya, ia selalu menjadi santri di pondok pesantren. Ketika di Malang, ia mondok di PP Alhamidiah dan mondok di PP Nailul Ula, Ploso Kuning, Yogyakarta.

Latar belakangnya itu yang barangkali membuat ia memikirkan pengembangan NU di sela-sela kesibukannya menyelesaikan studi doktornya. Ia tergugah untuk membantu warga NU di Jepang tang makin hari makin banyak jumlahnya. Baik yang sedang menjadi mahasiswa maupun pekerja imigran di sana.

Kini ada sekitar 7 ribu mahasiswa Nahdliyin dari Indonesia yang sedang belajar di Jepang. Juga puluhan ribu WNI yang sedang menjadi pekerja imigran di negeri ini. Tidak jarang dari mereka yang telah menjadi pengusaha, bahkan memiliki staf warga asli Jepang.

Gelombang baru santri seperti Gazali ini memang makin besar. Gelombang baru anak-anak warga Nahdliyin yang menjelajah pendidikan umum di berbagai perguruan di luar negeri. Mereka yang mulai tumbuh kembang di tahun 1990-an ini yang mengembangkan PCINU di berbagai negara. 

Mereka ini yang akan menjadi jaringan baru mengglobalkan NU. Tentu ini searah dengan tekad baru Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf yang ingin menjadikan NU sebagai inspirasi peradaban baru. Menjadikan agama-agama sebagai solusi dunia, bukan polusi.

Secara internal tumbuh lapis sosial baru yang berasal dari para santri yang memperoleh exposure pendidikan umum. Lapis baru ini akan semakin mewarnai lini strategis kehidupan dengan latar belakang tradisi keagamaan yang lebih bisa diterima kelompok strategis di luar Islam.

Masjid Nusantara Akihabara sebetulnya bukan semata tempat ibadah warga Nahdliyin di negara tempat perantauan. Ia menjadi simbul baru perubahan sosial di dalam NU, sekaligus memberikan harapan baru peran NU dalam peradaban dunia.

Rasanya tak lagi bermakna negatif ketika ada sebutan kaum sarungan untuk Nahdliyin. Justru ke depan mereka akan menjadi kaum sarungan yang kompeten untuk ikut menentukan arah baru dunia. Semoga! (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: