Penjualan Mobil Listrik On The Track

Penjualan Mobil Listrik On The Track

Mobil listrik Wuling Air Ev. Si imut yang kokoh dan stabil melaju di tengah keramaian kota.-Boy Slamet-Dok/Harian Disway-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Pemerintah terus mendongkrak jumlah pengguna kendaraan listrik. Salah satunya, dengan diterbitkan Perpres No 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). 

Hasilnya pun cukup lumayan. Penjualan berbagai merek mobil listrik terus meningkat. Salah satunya, Air Ev keluaran Wuling yang menjadi primadona dua bulan belakangan. Penjualan nyaris tembus 3 ribu unit setiap bulan.

Begitu juga dengan berbagai merek lainnya seperti Hyundai dan Lexus. Mobil listrik dari dua merek itu masuk penjualan paling laris di Indonesia. Tentu saja tren itu membuat merek lain juga ikut bergairah.

Toyota, misalnya, bakal mengembangkan teknologi elektrifikasi. Rencananya, menghadirkan 30 model baru berteknologi BEV (battery electric vehicle). Penjualannya ditarget mencapai 3,5 juta unit pada 2030.


Infografis mobil listrik-Annisa Salsabila-Harian Disway-

Namun, jumlah pengguna kendaraan listrik di Indonesia bisa dibilang masih sangat sedikit. Mengingat penjualan kendaraan BBM juga meningkat 4-5 persen setiap tahunnya.

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), saat ini terdapat 120 juta unit kendaraan roda dua BBM dan lebih dari 20 juta unit mobil BBM. "Kecenderungan pertumbuhannya masih naik terus tiap tahun," ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam rilis resminya, Senin, 21 November 2021.

Otomatis kebutuhan BBM pun juga meningkat tiap tahun. Sehingga impor BBM juga makin banyak dan subsidi makin besar. Sementara lifting migas nasional terus menurun.

Maka kendaraan listrik perlu diperbanyak. Kementerian ESDM pun tengah menggenjot program konversi kendaraan BBM ke listrik sejak setahun lalu. Yakni untuk mencapai misi bebas emisi CO2 pada 2060 nanti. 

Menurut Arifin, program konversi itu punya berbagai keuntungan. Baik dari sisi biaya bahan bakar dan pergantian oli maupun emisi CO2. Misalnya, percobaan konversi motor listrik di atas 10 tahun. 


Panel pengisian power pada mobil Hyundai Ioniq 5 saat dipamerkan di Ozora Dharmawangsa, Surabaya.-Boy Slamet-Harian Disway-

Penggunaan 1 liter BBM hanya cukup menempuh jarak maksimal 30 kilometer. Terbukti lebih hemat apabila dikonversi ke listrik. Yakni untuk setiap 1 kilowatt bisa menempuh jarak yang sama. Bahkan biayanya hanya perlu Rp 1.600.

“Jadi, memang lebih hemat kendaraan listrik,” tandasnya. Apalagi motor BBM harus rutin ganti oli. Itu perlu biaya rata-rata Rp 2,5 juta setiap tahun. Sementara motor listrik tak perlu ganti oli.

Kendaraan listrik pun terbukti ampuh menurunkan emisi CO2. Arifin pun sudah menghitung. Jika 140 juta unit motor BBM diganti listrik maka bisa mengurangi emisi 100 juta ton CO2 tiap tahun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: