Menyelamatkan Makanan Bersama Garda Pangan (4-Habis): Petani Ikut Terbantu

Menyelamatkan Makanan Bersama Garda Pangan (4-Habis):  Petani Ikut Terbantu

Relawan garda pangan memetik sayur dan buah sisa panen yang sudah tidak layak jual.-Humas Garda Pangan-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Garda Pangan juga menyelamatkan sayur dan buah layak konsumsi meski secara penampilan sudah tak layak jual. Food heroes membuka donasi untuk memborong hasil panen agar petani tak mengalami kerugian. Buah dan sayur yang terjual kemudian disalurkan ke warga prasejahtera. 

YAYASAN Garda Pangan yang diinisiasi Dedhy Trunoyudho itu tak hanya fokus makanan surplus berpotensi terbuang dari perusahaan ternama. Food bank pertama di Kota Pahlawan itu menyadari bahan makanan juga berpotensi menambah tumpukan sampah organik.

Terdapat 20 sampai 40 persen bahan makanan di seluruh dunia terbuang. Bahkan, itu sebelum sampai ke konsumen. Lagi-lagi karena toko, pasar, restoran, hingga pengolah makanan memiliki standar tertentu untuk mengambil suatu komoditas.

”Bahan makanan belum diolah juga punya potensi terbuang. Dan itu banyak sekali,” kata Humas Garda Pangan Kevin Gani saat ditemui Harian Disway, Minggu, 20 November 2022.

Karena standar tertentu, akhirnya kebanyakan petani terpaksa membuang hasil panen yang secara penampilan tak layak. Padahal, secara kualitas masih bisa dikonsumsi.

Program itu bernama gleaning. Relawan Garda Pangan langsung turun tangan mengumpulkan sisa-sisa panen. Para petani biasanya menyebutnya dengan ngasak atau meninggalkan sayur dan buah yang tak layak di lahan mereka. 

Pria yang telah mengikuti aktivitas sosial Garda Pangan sejak awal 2018 itu mengungkapkan, bahan makanan yang masih sangat layak tersebut akhirnya terbuang sia-sia. Padahal, jutaan orang lainnya masih hidup kelaparan.

”Karena gak menarik aja jadi gak terjual. Padahal, sayur dan buah itu masih segar, bahkan bernutrisi,” ujarnya dengan logat campuran Jakarta dan Surabaya itu.

Lewat tangan relawan, sayur dan buah itu kemudian dikumpulkan. Satu kali jalan, jumlahnya bisa mencapai 1 ton. Hasil panen tersebut biasanya didapat di daerah Malang.

Bahan makanan tak layak secara penampilan itu kemudian dibawa ke Surabaya untuk dibagikan ke kampung prasejahtera. Prosesnya juga sama dengan olahan makanan yang didapat dari katering, restoran, hingga toko roti.

Buah dan sayur tersebut dicuci terlebih dahulu, relawan menyingkirkan sayur atau buah yang telah layu. Biasanya, sayuran yang masih segar langsung dikemas ulang dan disalurkan ke kampung prasejahtera tanpa diolah menjadi makanan.

Yayasan yang terbentuk lima tahun lalu itu juga membantu menjual hasil pertanian saat panen raya tiba. Biasanya para petani merugi karena harga jual di pasaran anjlok secara drastis.

Saat panen raya sawi putih, misalnya, kata Kevin, biasanya harga normal sayuran tersebut per kilogram mencapai 6 sampai 8 ribu rupiah. Karena musim panen, harga pasaran per kg hanya seribu rupiah.

Sumber: