Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Ana-Christine Jangkar Mijn Roots (95)

Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Ana-Christine Jangkar Mijn Roots (95)

Aktivis Mijn Roots dari kiri Christine Verhaagen, Olvi Jasinta, dan Ana Maria di Taman Indonesia.-Dok Mijn Roots-

Ana Maria sudah menemukan orang tua kandungnyi pada usia 18 tahun. Seharusnya misi pencarian sudah tuntas. Namun, Ana menghibahkan hidupnyi untuk terus mencarikan orang tua anak adopsi lain. Salah seorang pendiri Mijn Roots itu telah mempertemukan lebih dari 60 anak adopsi dengan keluarganya di Indonesia.

NAMA Ana Maria tidak asing bagi para jurnalis di tempat kerja saya dulu. Beberapa kali dia membawa kabar tentang anak-anak adopsi yang mencari orang tua di Surabaya. Kisah humanis itu selalu masuk halaman depan.

Namun, saya tak pernah bertatap muka dengan Ana. Ada teman lain yang bertugas meliput kisah dari Mijn Roots. 

Saya lebih dekat ke kekasih Ana yang juga anak adopsi: Bud Wichers. Kami memanggilnya Budi.  Ia juga jurnalis. Kami sering mengadakan liputan bareng di Surabaya. Budi adalah fotografer dengan spesialisasi liputan di wilayah konflik dan perang. 

Budi membantu Harian Disway menerbitkan kisah berseri dari Ukraina. Ia sudah dua kali berangkat ke kawasan paling berbahaya di dunia itu tahun ini.

Pria kelahiran Jakarta itu jadi kekasih Ana. Mereka tinggal di EastWood, CitraLand, Surabaya. Saya mengantar Budi pulang setelah nongkrong di Calipto Eatery CitraLand. Sore itu, 30 November 2020, saya bertatap muka untuk kali pertama dengan Ana. 


AKTIVIS MIJN Roots Ana Maria dan Bud Wichers saat naik becak dalam peringatan HUT RI 2022.-Dok Ana Maria -

Saya agak kaget ketika Ana menyapa saya dengan bahasa Indonesia yang lumayan lancar. ”Apa kabar,” katanyi.

Saya langsung menoleh ke arah Bud Wichers yang juga tinggal di rumah itu dengan wajah kagum. Budi tersenyum, seolah saya memintanya bicara pakai bahasa Indonesia juga. ”Maaf, saya tidak bisa bahasa Indonesia,” ujar Budi dengan pelafalan yang agak kaku.

Ana berhasil menemukan orang tua kandungnyi di Bogor saat usianyi 18 tahun. Sekali mencari, langsung ketemu. Budi, kekasihnya, tak seberuntung itu. Ia masih mencari orang tua kandung yang menurut dokumen adopsi ada di Tanah Abang, Jakarta. 

Kabarnya, sang ibu sudah pindah ke Tangerang. Budi masih berupaya mencari. Namun, tak tahu harus dimulai dari mana. Tangerang sangat luas. Ada Tangerang Selatan, Kota Tangerang, dan Kabupaten Tangerang.

Ana mendirikan Mijn Roots dengan Christine Verhaagen pada 2016. Nasib Christine sama dengan Budi. Sampai sekarang dia belum bisa menemukan orang tua atau keluarga di Indonesia.

Kombinasi dua perempuan hebat itu jadi tonggak pencarian ribuan anak adopsi. Ana menjadi jangkar di Indonesia. Sedangkan Christine jangkar di Belanda.

Anak adopsi di Belanda yang ingin mencari orang tua kandung menghubungi Christine. Dokumen dan data pendukung lalu dikirim ke Ana. Setelah itu, Ana-lah yang mencarikan anak-anak, mulai Sumatera, Jawa, hingga Sulawesi, dengan bantuan tim searcher.

Ana ingin anak-anak adopsi lain merasakan koneksi dengan Indonesia seperti yang dia rasakan. Sedangkan dari Christine, kita belajar bahwa menemukan ”Mijn Roots” adalah misi seumur hidup. Terus mencari. Tak ada kata terlambat. (Salman Muhiddin)

Pertemuan Ana di Bogor. BACA BESOK!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: