Melihat Masa Depan Mick Schumacher Musim Depan
Mick Schumacher tak akan ke formula 1 musim depan. Ia didepak tim yang dinaunginya selama dua tahun, Haas karena performa buruknya musim ini. sumber: Twitter.com--https://twitter.com/SchumacherMick/status/1566161377428914176?s=20&t=P5Ox3QOsW-HPS1EE45foPg
BERLIN, HARIAN DISWAY - Overhype. Mungkin satu kata itu ditujukkan kepada Mick Schumacher. Dibayang-bayangi nama besar ayahnya, Michael Schumacher sang kampiun dunia Formula Satu (F1) tujuh kali itu ternyata membuat bahunya semakin berat. Debut tahun lalu di Haas, performanya tidak pernah menjanjikan.
Sampai musim ini, ia tidak bisa menujukkan tajinya sebagai pembalap muda potensial. Masa waktunya di Haas pun berakhir tahun ini. ia terpaksa angkat kaki dari paddock F1 karena kedatangan Nico Hulkenberg yang diumumkan bahkan sebelum balapan terakhir di Abu Dhabi.
Ini menjadi masa-masa yang kelam bagi Mick. Musim depan, ia tidak bisa kembali membalap secara reguler di F1. Sampai saat ini- ia masih belum menemukan kejelasan apa akan dilakukannya musim depan.
Apakah kembali menjadi reserve driver? Menjadi pembalap tes ban Pirelli? Mencoba peruntungan di Formula E? Atau membalap di tempat lain? tidak ada yang tahu apa yang ada di pikiran anak dari Michael Schumacher itu. Tetapi yang pasti, ada berbagai kesalahan yang ia perbuat sehingga membuatnya ditendang dari kokpit Haas musim depan.
Anomali Rekan Setim
Bagai bumi dengan langit. Seperti itulah performa yang dicapai Mick dengan rekan setimnya tahun ini, Kevin Magnussen. Peribahasa itu semakin memperjelas posisi kedua pembalap Haas itu kala bertandang di trek Interlagos.
Magnussen, secara mengejutkan merebut pole position pertamanya di kondisi trek basah. Sementara sang junior, Mick malah berada di posisi belakang dengan waktu paling lambat diantara pembalap lain. bahkan banyak beredar istilah Haas Sandwich karena posisi tim asal Amerika itu berada di urutan pertama dan terakhir, yang mengapit pembalap lain.
Hasil tersebut memperlihatkan bagaimana kekurangan dari pembalap Jerman itu. Tentu jika dibandingkan dengan kompatriotnya, sangat jauh berbeda karena Magnussen lebih berpengalaman dan punya banyak jam terbang di F1, meskipun berada di tim gurem seperti Haas.
Untungnya Mick berhasil memperbaiki kesalahan itu dengan memperlihatkan kecepatan mobilnya untuk mencapai Q3, dan memastikan duet Haas berada di urutan 10 besar kualifikasi Interlagos. Magnussen tentu tidak dapat mempertahan posisi terdepan, tetapi ia tetap bertahan dari berbagai tekanan- sementara Mick tidak.
Inkonsisten
Mick adalah pembalap yang cukup kompeten. Ini telah terbukti dari perolehan poin yang ia dapatkan di GP Austria dan Silverstone. Tetapi itu hanyalah secuil kemampuan terbaiknya diantara berbagai pertunjukan inkonsistensi pembalap muda Jerman itu.
Ditambah dengan lambatnya proses adaptasi di musim 2022 membuat penderitaannya semakin besar. Berbanding terbalik dengan Magnussen yang menjadi game changer saat menggantikan Nikita Mazepin dan mengantongi 15 poin dalam tujuh balapan pertama musim ini.
Sempat bersinar dan terlihat menjanjikan di awal musim, momen bahagia Haas dibuyarkan oleh dua kecelakaan besar yang dialami Mick. Tidak hanya menyebabkan kepercayaan diri Mick rusak, namun juga meninggalkan hutang dan tagihan yang besar. Dua hal itu yang meragukan mereka bahwa Mick akan kembali bersama tim Amerika itu musim depan.
Keberadaannya di Haas pun sebenarnya cukup vital. Sebab, tim semenjana Amerika itu harus berjuang untuk tetap konsisten di setiap minggunya agar mendapatkan setidaknya- satu poin dari berbagai target yang telah ditentukan timnya.
Apalagi jika mengetahui berapa hadiah yang didapatkan jika mendapatkan poin, dan hasil akhir klasemen konstruktor. Mengingat buruknya performa Mick dua musim kebelakang, pantas saja mereka mencoret namanya dan menggantikan dengan nama yang tidak asing di F1, Hulkenberg.
Apa yang Harus Dilakukan Mick Musim Depan?
Peluang paling dekat yang bisa ia lakukan adalah bergabung dengan mercedes musim depan. Tentu saja sebagai pembalap cadangan atau reserve driver. Memilih opsi ini, cukup rasional bagi Mick karena ia butuh waktu untuk mengembalikan kepercayaan dirinya, dan mengambil kesempatan ini bukan langkah mundur baginya.
Sebetulnya Mick telah menunjukkan bahwa ia mempunyai potensi menjadi pembalap yang bagus, namun dia membutuhkan tempat dan bantuan yang tepat untuk mengasah bakatnya itu.
Bergabung dengan Mercedes di program junior tentu sudah tidak dapat diragukan lagi kualitasnya, mengingat mereka menghasilkan pembalap unggulan Esteban Ocon dan George Russell.
Ditambah tim pabrikan asal Jerman itu dekat sekali dengan keluarga besar Shcumacher, setelah menjalankan tugas kedua Michael di F1 bersama saudaranya, Ralf memperebutkan DTM kala berseragam Silver Arrows. Kepribadian Mick juga disinyalir cocok dengan tim pabrikan Mercedes.
Merc –sebutan singkat Mercedes- musim depan sedang mencari pembalap pengganti yang tepat, setelah Nyck de Vries menandatangani kontrak dengan Alpha Taurii untuk debut F1 pertamanya musim depan. Sementara pembalap muda Merc lainnya, Stoffel Vandoorne berbelok di Aston martin sebagai pembalap cadangan.
Dua tahun pengalaman di ajang tertinggi F1, Mick sepertinya mendapatkan hujan emas jika berkesempatan mengendarai mobil papan atas yang dikemudikan Lewis Hamilton ataupun Russel.
Berbagai human error yang akan dialami Mick jika bergabung di Mercedes akan lebih dimaafkan daripada blunder yang ia lakukan ketika bersama Haas dalam setahun terakhir karena stabilitas tim maupun evaluasi hasil balapannya. (Affan Fauzan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: