Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Ternyata Ayah Andung Juga Datang (97)

 Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Ternyata Ayah Andung Juga Datang (97)

BU SATI selalu memakai kebaya dan kain jarik batik dalam kesehariannya. Termasuk saat bertemu sang buah hati Ana Maria di Bogor 1994. -Dok Ana Maria -

Ana Maria tak pernah berekspektasi bahwa dirinyi bakal bertemu dua orang tua kandung sekaligus. Dokumen adopsi hanya menyebut sosok ibunyi: Sati.

—-

PERJALANAN menuju Desa Situ Daun, Bogor, sangat memanjakan mata. Sudah lama Ana merindukan suasana hamparan sawah dan pemandangan pegunungan tropis itu. Sejak lahir hingga berusia 2,5 tahun, Ana pernah tinggal di sana.

I saw sawah, kali, and gunung. It was very nice (Aku melihat sawah, sungai, dan gunung. Itu sangat menakjubkan, Red)” ujar Ana dengan bahasa campur aduk, Minggu, 4 Desember 2022. Desa Situ Daun terletak di lereng Gunung Salak di selatan Kota Bogor. 

Memang saat itu usia Ana masih 2,5 tahun. Namun, Ana masih mengingat sedikit memori tentang hari-hari sebelum diadopsi. Semua tersimpan rapi di koleksi album foto tentang kampung halaman dan masa kecil di Belanda.

Hari itu keluarga angkat Ana membawa rombongan keluarga. Termasuk Mary van Valen, adik perempuan yang juga diadopsi dari Jakarta, Indonesia.

Kepala Desa Situ Daun yang mereka datangi langsung mengenal Ibu Sati, yang tercantum di dokumen adopsi Ana. Ia meminta seseorang untuk menjemput perempuan itu.


SITUASI DESA Situ Daun saat Ana Maria dan orang tua angkatnya tiba di Bogor.-Dok Ana Maria -

Ana sempat kaget ketika seorang perempuan datang ke kantor desa. Wajahnya sangat mirip dengan Ana, tetapi namanya bukan Sati.

It was my aunty. Ibu Sanah. I thought she was my mother (Ternyata dia tanteku. Ibu Sanah. Aku pikir dia adalah ibuku, Red),” lanjut salah seorang pendiri Mijn Roots itu.

Yang dipanggil sebenarnya hanya ibu kandung Ana. Namun, yang datang seluruh desa. Banyak anak-anak kecil mengelilingi Ana dan orang tua bulenyi: Jan dan Gerda van Valen. ”They took the whole village (Mereka mengajak seluruh warga desa, Red),” kenang Ana, lantas menunjukkan foto situasi 28 tahun silam.

Tak lama kemudian, sang ibu benar-benar hadir. Sati berusia 48 tahun. Dia mengenakan kebaya merah jambu dengan kain jarik batik cokelat. Di kepalanya terlilit kerudung tradisional yang biasa dipakai masyarakat Sunda. 

Gaya berbusananya memang selalu begitu setiap hari. Dia pakai kebaya bukan karena ada tamu dari jauh. Karena itulah, Ana selalu jatuh cinta dengan kebaya. Pakaian itu selalu mengingatkannyi pada sang ibunda.


ANA MARIA_ ANA MARIA memakai kebaya seperti kebiasaan sang ibunda_ Sati.-Dok Ana Maria -

Momentum yang sudah ditunggu sejak lama itu akhirnya datang juga. Mereka saling berpelukan. Ana dan sang ibu menangis. Semua warga desa ikut merasakan kebahagiaan tersebut. Mereka saling memandang dan tak ingin berjauhan.

Gerda sang ibu angkat pun ikut meneteskan air mata. Sebagai seorang ibu, dia tentu merasakan apa yang dirasakan Sati. Tentu berat berpisah dengan putri kandungnyi. 

Kebahagiaan selanjutnya datang tanpa dikira. Haji Andung, ayah Ana, juga datang. Semua terkejut. Ana tak mengira bahwa sang ayah bakal dihadirkan pihak desa. 


AYAH KANDUNG Ana Maria, Haji Andung saat bertemu putri yang diadopsi ke Belanda hingga usianyi 18 tahun. -Dok Ana Maria -

”Ayah tinggal di lain desa. Tapi kecamatan sama,” ujar Ana yang mahir berbahasa Indonesia itu. Sang ayah tinggal di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Sang ayah juga sangat terkejut bisa bertemu dengan putrinya lagi. Ana melihat wajahnya begitu sedih, tetapi Haji Andung mencoba tetap tegar. Tidak sedramatis ibunyi.  ”He did it in man way (Dia melakukannya dengan cara lelaki, Red),” kata perempuan yang menetap di Surabaya sejak 2016 itu.

Itulah hari terbaik Ana Maria. Namun, masih ada pertanyaan yang mengganjal: Mengapa Ibu Sati dan Haji Andung hidup terpisah? (Salman Muhiddin)

Andung dan Sati Tak Menikah. BACA BESOK!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: