Kota Ramah Anak Modal Surabaya Go International
Diskusi Media Ramah Anak: Pemerintah mengajak peran media dan pegiat anak menggaungkan informasi positif pada anak.-Eko Setyawan-
SURABAYA, HARIAN DISWAY- PEMKOT Surabaya bersiap go international. Menyusul 100 daerah lain di dunia yang terlebih dahulu menyandang Child Friendly City Initiative (CFCI). Di antaranya, Housten dan Texas, Amerika Serikat; Ho Chi Minh, Vietnam, Asia Tenggara; dan Jerman. Surabaya yang akan bergabung menjadi kota pertama di tanah air.
Kesadaran itu ditangkap Pemkot Surabaya yang telah lama menyandang kota ramah anak level utama. Sudah lima tahun berturut-turut. Level tertinggi versi yang diberikan Kementerian PPA. Skor perolehan saat ini sudah tembus 890 poin. Bahkan, akan ditingkatkan lagi menjadi 1.000 poin.
Namun, pemerintah menyadari, agar mampu mencapai go international, dibutuhkan peran dan dukungan dari berbagai pihak. Seluruh instansi terkait dilibatkan. Termasuk masyarakat. Misalnya, pegiat anak Surabaya dan lembaga masyarakat lainnya. Termasuk bekerja sama dengan Unicef.
Go international yang akan ditempuh itu digadang-gadang sebagai upaya pemerintah dalam membendung segala persoalan negatif di satu daerah maju. ”Makin maju daerah itu beriringan dengan persoalan yang akan dihadapi. Baik dan buruknya,” ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Surabaya Tomi Ardiyanto.
Belakangan ini Surabaya sempat dihebohkan dengan viralnya aksi gangster yang dilakukan sekelompok anak. Tak hanya di jagat maya (media sosial), tapi juga di alam nyata.
”Maka, kita perlu melakukan inovasi. Bersama-sama untuk menjaga anak-anak kita,” tuturnya. Menurut Tomi, kota ramah anak layak untuk diperjuangkan.
Untuk meningkatkan kota ramah anak, stakeholder terkait lain pun mengambil peran. Contohnya, dinas komunikasi dan informasi (diskominfo) berjuang dengan strateginya.
”Kami terus menggaungkan edukasi serta informasi yang positif bagi kalangan anak-anak,” ujar Kepala Diskominfo Surabaya M. Fikser. Sebab, kemajuan teknologi harus diimbangi dengan informasi yang layak bagi anak.
Pencapaian level CFIC tersebut makin ketat. Lebih ketat dari level nasional. Garis besarnya, kebijakan layak anak yang komprehensif (menyeluruh di semua bidang/OPD), partisipasi yang bermakna (bukan seremonial), benar-benar terlibat bukan hanya sebagai undangan dan inklusif, tetapi juga tidak diskriminatif. Semua anak dapat haknya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: