Keunikan GKJW Papanthan Paleran Jember, Lagu Rohani Pakai Bahasa Madura

Keunikan GKJW Papanthan Paleran Jember, Lagu Rohani Pakai Bahasa Madura

TIGA SALIB KORPUS jadi ciri khas GKJW Pepanthan Paleran di Jember.-Fidelis Daniel/Harian Disway-

Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Pepanthan Paleran di Desa Cumedak-Sumberjambe, Jember, terasa begitu syahdu. Nyanyian kerohanian dilantunkan dengan bahasa Madura siang kemarin, Kamis, 22 Desember 2022. Harian Disway bersama rombongan Premier Place Hotel Surabaya Airport yang menggelar charity bertema Joyeux Christmas dibuat kagum.

 

HUJAN siang itu tak mengempiskan antusiasme jemaat Sumberpakem, Jember, untuk beribadah. Sebanyak 46 orang berduyun-duyun memenuhi ruang gereja (dibaca grejo dalam bahasa Jawa).

Kami berangkat dari Sidoarjo. Enam jam sampai ke tujuan. Namun, lelahnya perjalanan terbayar oleh pemandangan di sekeliling gereja.

Di sebelah timur ada indahnya Gunung Raung. Sedangkan di barat, Gunung Argopuro menjulang megah. Hamparan hijau begitu memanjakan mata. 

GKJW itu terletak di Dusun Paleran, Desa Cumedak-Sumberjambe, Kecamatan Sumberpakem, Kabupaten Jember. Satu jam dari pusat kota Jember.


Plang penanda Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) jemaat Sumberpakem Pepanthan Paleran, Jember.-Fidelis Daniel/Harian Disway-

Jemaatnya sangat khas: dari etnis Madura. Makanya, saat kami datang, lagu rohaninya jauh berbeda dengan yang biasa kami dengar di Sidoarjo atau Surabaya. 

Saat rombongan Premier Place datang, kami disambut tiga salib dengan korpus atau tubuh Yesus Kristus. Bagi kami, itu keunikan tersendiri. Sebab, umumnya salib dengan korpus dipakai umat Katolik. 

Saya sempat menanyakan mengapa ada korpus di salib itu? Ketua GKJW Pepanthan Paleran Winarno tersenyum. Rupanya itu berasal dari ketidaksengajaan. Tidak sengaja, tapi jadi ciri khas.

Gereja dibangun secara gotong royong pada 1958. Umat muslim ikut membantu. Tak ada pengotak-kotakan agama. Begitu pula, saat masjid terdekat berkegiatan, jemaat gereja datang membantu. ”Di sini sudah biasa,” ujar Winarno. 

Terus terang, saya merinding saat mendengar penjelasan Pak Dani, panggilan akrab Winarno. Disebut begitu karena nama anaknya Dani. Awalnya saya agak bingung. Namun, lama-kelamaan jadi terbiasa. Sudah jadi tradisi orang-orang di sana. 

”Dua hari lalu masjid sebelah mengecat dinding. Karena tidak ada yang bisa, saya yang bantu mengecatnya,” tambah Winarno. Saya merinding lagi.


JOYEUX CHRISTMAS jadi tema charity Hotel Premier Place Surabaya Airport di GKJW Pepanthan Paleran, Kabupaten Jember, Kamis 22 Desember 2022.-Fidelis Daniel/Harian Disway-

Ya, umat beragama hidup dengan penuh toleransi di sana. Makanya, kawasan itu dapat julukan desa toleransi. Banyak yang perlu belajar ke sana. 

Keunikan itulah yang membuat Premier Place Hotel Sidoarjo memilih tempat tersebut untuk menggelar charity. ”Awalnya dapat informasi dari jemaat gereja saya. Dua tahun terkungkung pandemi, saya ingin nuansa Natal tahun ini berbeda,” ujar Nila Apricya, general manager (GM) Premier Place Surabaya Airport. 

Kegiatan siang itu dibuka dengan ibadah yang dipimpin Pendeta Kukuh Kristanto. Jemaat yang datang didominasi anak-anak. Dengan begitu, nyanyian yang paling lantang terdengar keluar dari bocah-bocah itu. 

”Firman Tuhan hari ini diambil dari Injil Lukas 2:8-13,” kata Kukuh, memimpin jemaat. Lalu, ia memberikan kesempatan kepada satu anak pria dan satu anak perempuan untuk membacakan Alkitab. 

Kemeriahan menyambut Natal begitu terasa di GKJW itu. Maklum, dua Natal sebelumnya digelar dengan berbagai protokol kesehatan gara-gara pandemi Covid-19.

Suasana makin hidup ketika Sinterklas mengagetkan jemaat anak-anak. Sorak-sorai mewarnai seisi ruang gereja. Raut wajah ceria tergambar saat Sinterklas membagikan bingkisan Natal.


KEJUTAN SINTERKLAS untuk anak-anak GKJW Pepanthan Paleran yang mendapat bingkisan sebelum Natal.-Fidelis Daniel/Harian Disway-

Acara ditutup dengan pembagian sembako dan tas ransel yang disediakan Premier Hotel Sidoarjo. ”Saya mewakili Premier Place, berterima kasih atas sambutan yang luar biasa pada kesempatan kali ini,” ujar Nila Apricya saat penutupan kegiatan.

”Besar kemungkinan kegiatan tidak berhenti sampai di sini. Harapan kami, akan ada lanjutan acara di desa ini lagi,” tambahnya setelah terkesima mendengar kisah-kisah toleransi melalui pendeta dan penduduk sekitar. 

Kekaguman saya tak berhenti di sana. Altar gereja sederhana itu punya dekorasi unik. Yakni, terdapat rangkaian bambu yang punya filosofi tersendiri. ”Karena secara ekologi bambu merupakan tanaman yang ramah lingkungan. Salah satunya merawat air,” ujar Pendeta Kukuh tentang makna bambu di altar gereja. 


WAJAH RIANG Jemaat GKJW Pepanthan Paleran Jember yang hadir di acara charity Premier Hotel Surabaya Airport (Juanda).-Fidelis Daniel/Harian Disway-

Kami ingin berlama-lama di sana. Kerasan sekali. Namun, kegiatan itu dijadwalkan untuk satu hari saja. 

Rombongan Premier Place Sidoarjo pulang sambil tersenyum. Sudah ada bayangan, tahun depan ke Jember lagi. Sampai jumpa di Natal berikutnya warga Sumberjambe.  (Fidelis Daniel) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: