Daniel Ricciardo Jelaskan Problem di McLaren

Daniel Ricciardo Jelaskan Problem di McLaren

Kesulitan bersama McLaren. Daniel Ricciardo tak bisa mencapai potensi terbaiknya selama dua tahun bersama tim asal Britania Raya itu. Sumber: Formula1.com--https://www.formula1.com/content/dam/fom-website/manual/Misc/2022manual/2022Races/AbuDhabiGP/Saturday/ricciardo.jpg.transform/9col/image.jpg

Daniel Ricciardo tak bisa menjawab tantangannya kala menandatangani kontrak dengan McLaren. Selama dua tahun berseragam oranye, Ricciardo tidak pernah menunjukkan performa terbaiknya.

Kepada podcast Beyond The Grid, pria kebangsaan Australia itu menerangkan bahwa kesulitannya selama melakukan tikungan dan kepercayaan diri menjadi faktor kunci mengapa ia tidak pernah konsisten di garis terdepan grid.

Bergabung dari Renault di tahun 2021, Ricciardo diharapkan dapat mengembalikan tim asal Britania Raya itu ke jalan kemenangan. Meskipun sebenarnya sudah ia peroleh kala memenangkan GP Italia di musim perdana.

Apalagi kompatriotnya yang lebih muda Lando Norris secara konsisten mengungguli pria 33 tahun itu di setiap balapan. Yang kemudian membuat posisinya di paddock McLaren harus diberikan kepada rekan senegaranya yang lebih muda, Oscar Piastri- sang kampiun F3 dan F2 musim lalu.

Ketika ditanya pembawa acara Beyond The Grid Tim Clarkson, mantan pembalap Renault itu menjelaskan akar permasalahan utamanya, khususnya di tahun 2022. Kurangnya ‘feel’ dan ‘feedback’ di belakang kemudi menjadi penyebab disamping permasalahan gaya balapnya saat masuk ke tikungan.

“Semua itu dimulai dari situ. Jika anda kesulitan berada di tikungan akhir, biasanya itu berawal dari cara penempatan anda untuk melakukan positioning. Sebagian besar kesulitan dimulai saat masuk (tikungan), mungkin itu tidak semua, tapi ini terjadi sebagian besar,” kata Ricciardo.

Ricciardo merasakan ada batasan selama mengemudi. Padahal di awal balapan bersama McLaren, ia seringkali mengungguli Norris. Saat-saat itu merupakan tanda ‘hijau’ bersama mobilnya. Namun di tahun ini, ia diibaratkan seperti orang yang tersesat.

“Apakah aku terlalu keras, apakah kami memaksa teknisi kami terlalu keras, dan menjauh dari katakanlah, kekuatanku untuk mencoba mengemudikan mobil dengan gaya tertentu. Yang mungkin itu jadi kelemahanku. Itu benar-benar sesuatu yang tidak kupahami,” terang pembalap Australia itu.

Baik Ricciardo maupun McLaren sama-sama berupaya memahami permasalahan yang terjadi, dengan berbagai perbaikan dan pembaruan. Di keadaan tertentu, ia merasa ada kelemahan dalam memahami mobilnya. Sehingga membuatnya tidak bisa menyatu dengan kokpit McLarennya itu.

Perubahan regulasi di musim ini, termasuk perubahan ke aerodinamka ground effect, bodywork dan roda yang lebih besar, tak membuatnya jauh lebih mudah menyesuaikan mobilnya. Bagi Ricciardo, perjuangannya mengenal style mobilnya tetap sama, baik di musim 2021 maupun 2022.

Peningkatan performa yang dibawa McLaren di GP Spanyol membawa dampak signfikan di sayap depan dan belakang, suspensi, lantai, sidepod, penutup mesin, diffuser dan bagian lain. Namun lagi-lagi, perubahan regulasi di musim ini membuatnya kembali memulai dari nol. Apalagi mobilnya jauh lebih buruk dibanding sebelumnya.

Ketidakcocokan dengan mobilnya membuat Ricciardo frustasi. Ia sempat berusaha melepaskan berbagai problem dan hanya mengandalkan kepercayaan diri. Mobilnya yang dianggap ‘tidak selesai’ itu tentu memicu geraknya di trek semakin terbatas. Ditambah, ia terlalu lama menghabiskan waktu memikirkan permasalahannya.

“Kami membawa perubahan di Barcelona dan setelahnya aku kesulitan. Aku tidak tahu apakah itu kebetulan, tapi jarakku dengannya (Lando Norris) mulai meningkat lagi. Sampai saat itu aku merasa jarak sepersepuluh atau dua dari Lando. Dari kegigihan kami, ia mulai berpisah (meninggalkanku) lagi,” tukasnya. (Affan Fauzan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: