Pertamax Turun, Pertalite Berpotensi Menyusul
Harga BBM turun, Menteri ESDM akan keluarkan kebijakan pembatasan Pertlite untuk kendaraan mewah-FOTO: BOY SLAMET-HARIAN DISWAY-
JAKARTA, HARIAN DISWAY - Pertamina kembali menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) non subsidi. Berlaku sejak Selasa, 3 Januari 2023, tepat pukul 14.00 siang. Harga Pertamax (RON 92) dan Pertamax Turbo (RON 98) turun Rp 1.000-an.
Harga dua jenis BBM non subsidi itu relatif kembali seperti sebelum kenaikan per 1 Desember 2022 lalu. Sedangkan harga jual Dexlite dan Pertamina Dex turun cukup signifikan. Penurunan masing-masing mencapai Rp 2.000-an.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, penurunan harga itu berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo. Tentu juga telah dibahas bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri ESDM Arifin Tasrif.
BACA JUGA: 1,2 Juta Dosis InaVac Didistribusikan
Penyesuaian harga BBM non subsidi mengacu pada perubahan harga minyak mentah dan harga produk minyak dunia. Pertamina pun telah menyesuaikan harga mengikuti tren harga rata-rata publikasi minyak.
“Dengan penyesuaian ini, kita bisa lihat harga BBM Pertamina paling kompetitif,” kata Erick saat meninjau SPBU Pertamina 31.128.02 Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, kemarin. Namun, tetap mempertimbangkan berbagai aspek lain. Yakni agar bisa konsisten menjamin keberlangsungan penyediaan dan penyaluran BBM hingga seluruh pelosok.
Apalagi, kata Erick, tren perubahan harga minyak dunia sangat fluktuatif dan dinamis. Itu berdampak pada evaluasi secara berkala. Bahkan muncul rencana pengumuman penyesuaian harga BBM bakal lebih cepat. Dari yang sebelumnya sebulan sekali menjadi seminggu sekali.
Info grafis: Harga BBM subsidi-Annisa Salsabila-Harian Disway-
Namun, rencana itu masih akan berkonsultasi dengan sejumlah pihak. Agar sesuai dengan mekanisme dan aturan yang berlaku. "Yang jelas, kami ingin beri kepastian lebih segera untuk masyarakat dengan pengumuman penyesuaian harga yang lebih cepat," katanya.
Juga tentu saja memastikan ketersediaan pasokan. Tidak hanya di kota-kota besar. Melainkan juga ke seluruh pelosok negeri dengan harga yang kompetitif.
Menurut Erick, keuntungan Pertamina tidak semata dari hasil penjualan BBM. Tetapi juga efisiensi. Sepanjang 2020-2022, Pertamina mencatatkan efisiensi hingga USD 1,97 miliar atau sekitar Rp 30,71 triliun.
Itulah alasan pentingnya membentuk holding dan subholding dari Pertamina Grup. Yakni untuk memetakan seluruh ongkos operasional perusahaan. "Misalnya yang terjadi di kilang, dari yang sebelumnya diketahui merugi, saat ini justru mencatatkan keuntungan," tandasnya.
Dengan strategi itu, Erick optimistis harga jual BBM non subsidi Pertamina bisa lebih rendah ketimbang perusahaan swasta. Bahkan, ia memastikan harga jual BBM Pertamina akan sama dengan yang dijual badan usaha penyalur di dalam negeri.
Meski tidak sekonyong-konyong terjadi pada harga jual Pertamax. Setidaknya, subsidi silang terbukti memberikan efisiensi yang menyeluruh. “Ini kita lakukan di Pertamina. Harus ada efisiensi. Efisiensi dulu, tidak business as usual,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: