Keuntungan Uniqlo Drop karena Lockdown

Keuntungan Uniqlo Drop karena Lockdown

PEJALAN KAKI melintas di depan gerai Uniqlo di Tokyo, 11 Januari 2023.-AGENCE FRANCE-PRESSE-

TOKYO, HARIAN DISWAY - Lockdown di Tiongkok tahun lalu ternyata berimbas pada Uniqlo. Industri pakaian yang dimiliki oleh Fast Retailing tersebut rugi 9,1 persen pada kuartal pertama tahun ini. Itulah prediksi yang mereka keluarkan, Kamis, 12 Januari 2023.

 

Raksasa ritel itu melaporkan laba bersih 85 miliar yen (sekitar Rp 9,9 triliun) sepanjang September-November 2022. Dan tahun ini, mereka memperkirakan akan meraup 230 miliar yen atau sekitar Rp 26,8 triliun.

 

"Ini terutama disebabkan oleh penurunan besar pada operasi bisnis Uniqlo di Tiongkok. Sebab, tahun lalu masih ada pembatasan kegiatan untuk meredam Covid-19,’’ bunyi pernyataan resmi perusahaan itu.

 

Secara internasional, bisnis mereka juga drop karena ada peperangan di Ukraina.

 

Kinerja Uniqlo di Tiongkok dan Jepang sejatinya cukup menggeliat. Penjualan tumbuh 14,2 persen tetapi laba tergelincir 2,0 persen.

 

Chief Financial Officer Fast Retailing Takeshi Okazaki mengatakan perusahaannya telah mengalami perubahan nasib di Tiongkok dalam beberapa bulan terakhir.

 

"Penjualan kami mengalami peningkatan sementara karena pembatasan pandemi China dilonggarkan pada Desember. Tetapi turun lagi setelah orang-orang di banyak tempat negara itu menahan diri untuk tidak keluar pada pertengahan Desember," katanya kepada wartawan.

 

"Sejak Januari, penjualan mulai meningkat dengan cepat lagi. Situasi di Tiongkok telah berubah secara drastis dalam kurun waktu satu bulan," tuturnya.

 

Dia mengatakan dia berharap perusahaan akan "kembali ke jalur pertumbuhannya" di Tiongkok saat orang-orang bergerak mulai hidup berdampingan dengan Covid-19.

 

Setelah ekspansi global yang agresif selama bertahun-tahun, Fast Retailing adalah salah satu peritel pakaian terbesar di dunia. Mereka menyaingi raksasa Spanyol Inditex, yang memiliki Zara, dan H&M Swedia.

 

Selain Uniqlo, Fast Retailing juga punyai merek pakaian Amerika Theory, Comptoir des Cotonniers di Prancis, dan label pakaian dalam Princesse Tam Tam.

 

Pada hari Rabu, Fast Retailing mengumumkan akan menaikkan gaji ribuan karyawan di Jepang hingga 40 persen.

 

Langkah tersebut akan menaikkan biaya tenaga kerja sekitar 15 persen. Tetapi, dalam jangka panjang, Okazaki mengatakan bahwa perusahaan akan diuntungkan. ’’Pertumbuhan yang dirasakan individu akan membuat produktivitas meningkat,’’ ucapnya. (Doan Widhiandono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: