Sastradhayacitra Yogyakarta Diundang di Assam Book Fair 2022-23 (3): Bawa Pulang Damai dari Guwahati

Sastradhayacitra Yogyakarta Diundang di Assam Book Fair 2022-23  (3): Bawa Pulang Damai dari Guwahati

TARA Noesantara dan Yanz Haryo di depan Red Fort.-Dokumentasi Pribadi-

Mumpung di India. Di tengah perhelatan Assam Book Fair 2022-23, Tara Noesantara dan Yanz Haryo Darmista jalan-jalan. 

---

SEJAK datang, sambutan warga kota di bagian timur laut India, kemarahan orang di negara negara bagian Assam itu tampak.

Bahkan keramahan itu sebenarnya sudah dirasakan sejak mereka terbang. Saat check-in dengan pesawat Srilanka Airlines, petugas menanyakan keperluan mereka pergi ke India. Tara pun menunjukkan undangan dari sekretaris Publication Board Assam.

”Eh tiket ekonomi yag diorder panitia mereka sobek. Diganti fasilitas penerbangan VIP. Alasannya, kami tamu kehormatan maka maskapai harus menghormatinya,” terang Tara. ”Jadilah selama di pesawat kami dilayani bak sultan dengan fasilitas-fasilitas aduhai,” lanjutnya.

Begitu turun di Bandara Guwahati, mereka disambut pengalungan gamosa. Bukan bunga. Namun, seperti artinya dalam bahasa Assam, gamosa yang terdiri dari dua kata yaitu ga dan mosa yakni handuk tubuh itu berupa kain.

Inilah benda penting bagi penduduk asli Assam. Biasanya para sesepuh yang disebut bihuwaan dihadiahi gamosa. ”Kami juga disambut dengan tamul atau pinang. Terhormat sekali menerima itu semua,” katanya.

Tara dan Yanz mendapat kain persegi panjang berwarna putih dengan tepian merah di tiga sisi dan motif anyaman merah di sisi keempat. Tak hanya merah, warna lain untuk tepian pada gamosa juga banyak digunakan.

Di luar perhelatan ABF, gamosa itu tetap dipakai. Seperti saat jalan-jalan ke Kuil Kamakhya dan Kuil Purva Tirupati Shri Balaji di Guwahati. Ditemani Urvashi Jonak Borah, guide panitia ABF.

Kamakhya yang berada di perbukitan Nilachal adalah salah satu pusat tantra tertua dan paling dihormati di India. Dengan semua kemegahan misterius dan lokasinya yang indah, kuli itu menjadi bangunan paling menakjubkan di India.

Yang menariik, di tempat pemujaan sejak abad ke-8 hingga ke-9, kura-kura, monyet, dan merpati seperti menjadikan kuil sebagai rumah. Mereka berkeliaran di sekitar area dan diberi makan oleh pengelola kuil dan pengunjung. 

Yang datang biasanya datang untuk berziarah menenangkan saraf atau mengalihkan pikiran untuk keselamatan batin. ”Tak heran kami mendapat kedamaian di sana,” kata Tara.

Tapi buat Tara, dia takjub karena ada beberapa panel pahatan candi yang menggambarkan Dewa dan Dewi dari jajaran Hindu yang diukir dalam pola tertentu. Itu mengingatkannya dengan puisi Kidung Karmawibhangga: Borobudur yang terinpirasi relief di Candi Borobudur. Menjadi teaterikal puisi tari dan lukisan untuk pembukaan ABF.

Masih di Guwahati, mereka ke Purva Tirupati Shri Balaji. Sebuah replika Kuil Tirupati Balaji yang dibangun untuk memberikan penghormatan kepada kuil legendaris di dekat Hyderabad, India Selatan. Kuil ini didedikasikan untuk avatar Shri Venkateshwara Dewa Wisnu dan merupakan salah satu tempat suci paling suci untuk ziarah umat Hindu.

Sebenarnya mereka ingin ke Kuil Umananda. Untuk ke sana harus menyeberang ke pulau kecil dengan kapal. ”Tapi sampai di penyeberangan, orang berjubel di atas kapal. Wah enggak jadi deh. Mas Yanz takut kapal terbalik,” ujar Tara, lalu tertawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: