Sulit Lupakan Mantan, Solusinya Bunuh
-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Sulit melupakan mantan. Riko Arizka, 23, dan Elisa Siti Mulyani, 23, pacaran lima tahun sejak SMA, lalu putus. Elisa punya pacar lagi sehingga dihantam bongkahan kloset jongkok, kena leher. Elisa tewas seketika.
PEMBUNUHAN terjadi di Jalan Stadion Badak, Pandeglang, Banten, Rabu, 8 Februari 2023, pukul 22.20 WIB. Tak jauh dari Stadion Pandeglang. Saat itu sepi. Tapi, ada warga yang melihat. Langsung telepon polisi.
Tim polisi tiba di TKP sekitar pukul 23.00 WIB. Berdasar saksi dan olah TKP, polisi langsung mengejar terduga pelaku.
Pukul 23.30 WIB atau setengah jam sejak polisi tiba di TKP, Riko ditangkap di rumahnya di Kelurahan Saruni, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang. Korban Elisa juga tinggal di wilayah itu, bertetangga dengan Riko.
Kapolsek Pandeglang AKP Osman Sigalingging kepada pers, Jumat (10/2), menjelaskan kronologinya.
Malam itu Elisa naik motor Honda Beat, tujuan pulang. Dikejar Riko naik Yamaha N-Max. Tersusul. Riko hendak mengajak ngobrol Elisa. Mereka berhenti, turun dari motor di TKP. Lalu, mereka cekcok. Naik jadi pertengkaran.
Riko mencekik Elisa, membanting ke tanah. Ketika Elisa jatuh telentang, Riko menyeretnya ke arah semak. Ternyata di semak ada bongkahan bekas kloset jongkok. Berat keramik bekas WC itu sekitar 15 kilogram. Dihantamkan Riko ke leher Elisa. Tewas. Mungkin tulang lehernyi putus.
Kasatreskrim Polres Pandeglang AKP Shilton Silitonga menambahkan, motifnya: ”Mereka ini pacaran, tapi sudah putus. Korban sudah punya pacar lagi sehingga tersangka sakit hati dan tidak terima.”
Setelah korban tak bergerak, pelaku mengambil HP dan laptop korban. Lalu, membuang motor korban ke arah semak sehingga tidak kelihatan. Tapi, ada saksi yang melihat saat Riko kabur dengan motornya.
Polisi masih menyelidiki, apakah pelaku-korban bertemu secara kebetulan atau sudah janjian. Tapi, ayah Elisa, Tubagus Hadi Mulyana, mengatakan bahwa Elisa keluar rumah karena sebelumnya dikontak Riko. Jadi, pertemuan mereka bukan kebetulan.
Menurut Tubagus Hadi, sehari sebelum PEMBUNUHAN, pada Selasa, 7 Februari 2023, Riko datang ke rumah Elisa. Ia memberikan kado ulang tahun. Meski, mereka sudah lama putus pacaran. Kemudian, Rabu, 8 Februari 2023, Riko mengajak ketemu Elisa.
Tubagus: ”Kami duga, PEMBUNUHAN sudah direncanakan. Karena Riko mengajak ketemu di lokasi sepi pada tengah malam. Kami berharap agar polisi bertindak adil karena Riko ini anak polisi aktif, bertugas di Polres Lebak.”
Tubagus Hadi adalah wakil ketua umum Kadin Provinsi Banten. Sedangkan Elisa mahasiswi, anak bungsu di antara enam bersaudara.
Tersangka Riko, saat diperiksa polisi, mengaku sakit hati kepada Elisa. ”Sakit hati karena saya dibohongi, dikhianati.”
Riko kini sehari-hari tukang ojek online meskipun dulu ia teman SMA dan pacar korban. Ia mengaku, saat PEMBUNUHAN, ia ketemu Elisa secara kebetulan di jalanan. ”Saya emosi, terus terjadi itu,” ujarnya.
Polisi masih mengusut kasus tersebut. Riko ditahan di Polsek Pandeglang.
Dari kronologi itu, tampak penyebab utama PEMBUNUHAN adalah cemburu. Meski mereka sudah putus, Riko masih cemburu. PEMBUNUHAN motif seperti itu sangat banyak terjadi.
Suami-istri kriminolog Prof Russell P. Dobash dan Prof Rebecca Emerson Dobash, dalam buku mereka yang berjudul When Men Murder Women (2015), memuat hasil riset soal itu. Pria membunuh mantan pasangan wanita karena masih cemburu.
Suami-istri Dobash adalah guru besar kriminologi The University of Manchester, Inggris. Mereka melakukan riset di Inggris selama sepuluh tahun sampai 2015 sehingga membuat kesimpulan hasil riset di buku tersebut.
Caranya, mereka rutin mendatangi tujuh penjara di Inggris. Mengamati berkas narapidana khusus PEMBUNUHAN. Lalu, mereka mewawancarai para narapidana pembunuh pasangan (suami-istri, pacar, atau kencan singkat) mereka. Tujuannya, mengetahui pemikiran pembunuh, sesuai judul buku mereka.
Dobash: ”Kami meneliti 105 kasus PEMBUNUHAN pasangan (suami-istri, pacar, teman kencan). PEMBUNUHAN seksual, PEMBUNUHAN wanita yang bukan pasangan intim, tetapi dibunuh dalam PEMBUNUHAN seksual. Juga, meneliti 98 kasus. Empat di antaranya adalah pembunuh berantai. Dan PEMBUNUHAN wanita di atas 65 tahun, dengan 40 kasus. Kami juga membandingkan 424 kasus PEMBUNUHAN laki-laki terhadap laki-laki.”
Riset mereka mengungkap aneka masalah sosial mengerikan. Mereka menemukan bahwa banyak wanita dibunuh pria pencemburu, posesif, dan pengontrol.
Dobash: ”Kami menemukan bahwa dalam sebagian besar kasus, pria membunuh pasangannya karena kecemburuan seksual. Dan, sekitar 65 persen pria pembunuh, yang saat diriset Dobash sedang menjalani hukuman, adalah pelaku domestic violence (DV).” Di Indonesia disebut KDRT.
Inti hasil riset Dobash, pria pembunuh wanitanya (istri, pacar, selingkuhan, pelacur) karena pria itu merasa bahwa wanita itu miliknya. Bukan milik Allah. Bukan makhluk yang bebas, punya kehendak, menentukan jalan hidup dan pilihan perilaku, yang otonom.
Pria pembunuh wanitanya merasa pegang kendali atas tindakan dan jalan hidup wanitanya. Semua dikendalikan pria. Sebab, pria merasa, wanita itu mutlak miliknya. Dalam bahasa Inggris disebut possessive, di-Indonesia-kan jadi posesif.
Jika pria itu putus hubungan dengan pasangan wanitanya atau bercerai untuk suami-istri, ia akan berusaha keras untuk bisa kembali rukun. Dengan cara membujuk, merayu, bahkan bisa mengancam dan memukul jika si wanita menolak.
Ironisnya, wanita justru takut terhadap pria posesif. Setelah mereka berhubungan dekat, kemudian wanita tahu pria itu ternyata posesif, wanita bakal menjauhi sampai akhirnya putus atau cerai.
Sebaliknya, si pria setelah paham bahwa hubungan mereka tidak bisa kembali, kemarahan makin memuncak. Ibarat anak kecil kehilangan mainan. Anak itu akan mencari mainan yang hilang, tidak mau diganti dengan mainan baru, meski bentuknya persis sama.
Pria posesif yang ditinggalkan wanitanya sangat benci dan menyimpan dendam pada dua orang: Wanita mantanya atau pria pasangan baru si mantan.
Sebab itu, banyak PEMBUNUHAN dilakukan pria terhadap suami mantan. Itu mengerikan buat pria yang menikahi janda. Padahal, seumpama pria itu membunuh suami mantan, juga percuma. Sebab, si mantan bisa menikah lagi dengan suami yang baru lagi.
Maka, pria posesif lebih menumpahkan dendam kepada mantan. Dalam pikiran pria itu terhadap mantan: ”Mengapa kamu meninggalkan aku? Kamu kan milikku?”
Akhirnya, si pria berpikir begini: Daripada kamu (mantan) dimiliki pria lain, mending kubunuh. Supaya tidak ada yang bisa memiliki kamu, selain aku.
Begitulah konsep pikir pria pembunuh mantan, hasil riset Prof Dobash terhadap napi pembunuh di tujuh penjara di Inggris.
Dobash di bukunya tidak mengatakan kepada wanita: Jauhi pria posesif. Tidak. Ibarat anak lelaki punya mainan kesayangan, ia akan menjaga mainan itu sampai kapan pun. Bahkan, saat tidur pun ia bawa, diletakkan di sebelahnya. Begitu sayangnya.
Di kasus PEMBUNUHAN Elisa, belum diungkap polisi, apakah motif tersangka membunuh Elisa karena posesif atau bukan. Meski Riko sudah mengatakan penyebab ia membunuh Elisa, polisi tentu akan menyidik lebih dalam. Tidak otomatis polisi percaya pengakuan tersangka.
Pernyataan Kasatreskrim Polres Pandeglang, di atas: ”... tersangka sakit hati dan tidak terima,” mengindikasikan arah posesif. Tapi, itu tetap harus dibuktikan sesuai hukum. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: