Cheng Yu Pilihan Aktivis Kebhinekaan Michael Andrew
Cheng Yu Michael Andrew--
NEGARA yang maju pesat, tak ada yang tidak menekankan pentingnya bangsanya untuk selalu belajar. Kapanpun, apapun, dan kepada siapapun.
Jepang, misalnya, kendati memang harus diakui bahwa dulu mereka pernah sekian tahun menjajah kita dan baru menyerah setelah dijatuhi dua bom atom oleh Amerika, bisa bangkit kembali pasca-pengeboman itu lantaran terus menggenjot semangat belajarnya.
Ada satu kisah dan pasti Anda sudah tahu semua. Selepas luluh lantak oleh senjata nuklir Paman Sam tersebut, Kaisar Hirohito langsung mengumpulkan para menterinya untuk mengonfirmasi masih berapa banyak guru yang tersisa di negerinya. Menunjukkan betapa tingginya spirit belajar mereka.
Pun demikian Tiongkok. Kemajuan mereka dalam banyak bidang sejak 1978, tak lain disebabkan oleh kemauan mereka untuk menimba beragam ilmu dari mana saja datangnya.
Makanya, kecuali kita kaya minyak dan minyak masih dibutuhkan sebagai sumber energi, tak ada jalan lain untuk mengubah nasib kita selain dengan apa yang oleh Fang Xiaoru 方孝孺 (1357–1402), negarawan-cum-filsuf Konfusianisme era dinasti Ming, sebut sebagai "笃学不倦" (dǔ xué bù juàn): tak mengenal lelah untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
Itulah yang dipegang teguh oleh Michael Andrew. Aktivis kebhinekaan yang sekaligus dosen PPKn di beberapa universitas di Surabaya ini tak mau menyia-nyiakan waktunya untuk belajar.
"Saya memang senang belajar. Baik belajar yang tersirat maupun yang tersurat. Bahkan ketika piknik pun, misal ke Bali, saya tidak hanya sekadar liburan, tapi juga belajar mengapa Bali budayanya bisa begitu? Mengapa ada ciri khas tertentu sedangkan di tempat yang lain tidak? Dan seterusnya," terang Andrew.
Kini, sumber pengetahuan melimpah. Pun bisa didapatkan dengan mudah dan murah meriah. Tinggal kita putuskan: kita mau jadi bangsa pemenang, atau bangsa yang kalah --digilas oleh zaman dan kecerdasan buatan yang tak henti berubah?
Ada baiknya kita renungkan pernyataan Deng Xiaoping, "不改革,只有死路一条" (bù gǎi gé, zhǐ yǒu sǐ lù yī tiáo). Yang artinya, "Kalau tak mau berubah, cuma ada satu jalan: mati." (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: