Anak Berkebutuhan Khusus Butuh Penanganan Khusus

Anak Berkebutuhan Khusus Butuh Penanganan Khusus

Yahya_Eriyanti Saloko, PhD. OT memberikan penyuluhan kepada orangtua siswa berkebutuhan khusus.-Syahrul Rozak-

Pada sesi pergantian materi, Feroz, seorang ABK yang bernyanyi di pembukaan acara, kembali menyanyikan sebuah lagu yang indah. Lagu tersebut berjudul ‘Jadi Aku’.

Selain Feroz, banyak murid-murid ABK dari SDN Wedoro yang juga berbakat di berbagai bidang. Dari menyanyi, membuat kriya, hingga melukis.

Menerima anak berkebutuhan khusus di sekolah sempat membuat beberapa orang tidak mau menyekolahkan anak mereka di SDN Wedoro.

“Dulu itu karena di sini terkenal sebagai sekolah yang menerima ABK, banyak wali murid yang ndak mau menyekolahkan anak mereka di sini. (mereka) takut anaknya tertular ABK, padahal ‘kan ABK tidak menular. Mereka itu anak-anak yang pintar dan berprestasi,” ungkap Muslikha, Kepala Sekolah SDN Wedoro.

Ibu kepala sekolah juga mengatakan, dia memilih untuk mencampurkan kelas murid ABK dan murid reguler agar mereka bisa membaur bersama.

“Saya juga ndak memisahkan kelas mereka. ‘Kan percuma kalau dipisah, mereka nanti tidak bisa membaur dan bermain bersama dong. Wali murid awalnya ada yang keberatan, tapi sudah tidak lagi setelah diberi pengertian,” ujarnya. 

Alasan itulah yang membuat SDN Wedoro dipilih oleh Yayasan Peduli Kasih ABK sebagai sekolah pertama dalam melakukan trial project ini.

Yayasan yang berdiri sejak 2012 ini didirikan oleh dr. Sawitri yang pernah merasa sakit hati akibat ucapan seorang guru anaknya yang mengatakan bahwa anaknya adalah seorang pengganggu di kelasnya.

“Ketika itu guru anakku bilang bahwa anakku pengganggu. Saya nggak terima. Seorang guru apabila sudah mengatakan seperti itu tentang murid, wah, sudah pasti anak saya tidak akan pintar,” ucap dr. Sawitri.

Mengikuti sebuah seminar di luar negeri membuat dr. Sawitri paham apa yang terjadi kepada anaknya. Saat itu pulalah beliau memutuskan untuk membangun sebuah wadah bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak memiliki privilege.

“Konferensi itu membahas mengenai perempuan dan disabilitas. Dari situ saya berpikir bahwa ada sesuatu yang bisa digarap di Indonesia. Akhirnya saya mendirikan yayasan ini,” kata pemilik YPK ABK ini.

“Awalnya saya juga takut mendirikan ini, kan ABK itu banyak macamnya. Dari yang ringan hingga berat. Saya hanya dokter umum biasa, tapi akhirnya saya bekerja sama dan sebagainya,” imbuhnya. 

YPK ABK juga akan merilis booklet berisi tentang apa yang bisa dilakukan orang tua dirumah, mengoptimalkan tumbuh kembang ABK dan meningkatkan keterampilan ABK agar tercapainya rasa percaya diri.

Booklet yang ditulis oleh Dea Puspa Pranidani ini rencananya akan dibedah pada Mei 2023 ini. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: