Lukisan Tangan, Suara yang Tak Diucapkan dari SLB Dharma Wanita
Seorang guru dengan telaten mengajari anak berkebutuhan khusus melukis di atas kain. -Ananda Tiyas Safina-HARIAN DISWAY
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Sebuah kain putih cerah terbentang di atas meja-meja kelas SLB-AC Dharma Wanita. Kain-kain itu menjadi kanvas bagi tangan-tangan mungil yang menuangkan cat-cat di atas piring plastik.
Satu per satu, murid-murid dengan kebutuhan khusus mulai mencelupkan telapak tangan mereka ke dalam cat warna-warni, lalu menempelkannya ke kain. Tidak ada kuas. Tidak ada pensil sketsa. Hanya tawa, antusiasme, dan kreativitas yang mengalir bebas.
Goresan tangan itu bukan sekadar lukisan. Ia menjadi bahasa. Bahasa dari mereka yang mungkin belum lancar berbicara, atau sulit memahami dunia sebagaimana kita memahaminya. Tapi lewat warna dan bentuk, mereka menyapa. Mereka berbagi cerita. Mereka menunjukkan bahwa mereka ada.
Di bawah pengawasan guru-guru yang sabar dan penuh kasih, aktivitas itu berlangsung hangat. Ada yang spontan mengusap wajah sendiri dengan tangan penuh cat, membuat gurunya terkejut, lalu tertawa.
Foto murid-murid dan guru SLB - AC Dharma Wanita bersama karya lukisan tangannya. -Ananda Tiyas Safina-HARIAN DISWAY
Ada juga yang iseng mengusapkan cat ke baju gurunya. Tak ada yang marah. Justru suasana menjadi lebih hidup. Bercak warna di baju menjadi kenangan yang sulit dilupakan.
Setelah puas bermain warna, kegiatan dilanjutkan dengan lagu dan permainan. Lagu Jika Kau Senang Hati dinyanyikan bersama. Anak-anak menepuk tangan, menjentikkan jari, dan berteriak hore dengan semangat yang nyaris menular.
Kemudian dilanjutkan dengan senam pinguin yang menggemaskan. Gerakan mereka mungkin tak seragam. Tapi semangatnya seratus persen. Kegiatan itu bukan sekadar kunjungan.
Ia adalah bagian dari bakti sosial yang diinisiasi oleh komunitas Character. "Selain untuk healing, kegiatan ini juga untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus mengekspresikan diri," ujar Basilia Subyanti Wilujeng, pendiri Character.
BACA JUGA: Workshop Melukis dengan Ampas Kopi yang Diikuti Barista Tuli Ini Buktikan Disabilitas Itu Kreatif
Biasa disapa Lia, ia menekankan pentingnya memberi ruang aman bagi anak-anak ini untuk bermain dan berkreasi.
Meskipun beberapa dari mereka belum sepenuhnya memahami makna dari aktivitas tersebut, tapi tawa dan keterlibatan mereka sudah cukup menjadi bukti: mereka menikmati. Mereka merasa diterima. Dan itulah tujuan utama kegiatan ini.
Menurut Lia, kegiatan menggambar dengan telapak tangan ini juga sarat makna. Selain sebagai bentuk terapi, ini juga menjadi simbol bahwa anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan ruang yang sama seperti anak-anak lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: