"Kembang Api", Film Adaptasi 3ft & Soul; Ironi yang Membuat Penonton Merasa Bersalah
Sebuah adegan di dalam film "Kembang Api" yang menawarkan ironi-ironi dalam kehidupan di masyarakat. -Netflix-
HARIAN DISWAY - Dibuka dengan adegan sederhana dari langit kelabu. Menyalakan lampu kemudian menunggu. Terkesan remeh dan penuh misteri. Entah kisah apa yang akan dibawa film "Kembang Api".
Kemudian beberapa anggota kelompok sebuah proyek kembang api satu per satu masuk ke dalam gudang sempit yang penuh tanda tanya.
Herwin Novianto, sutradara, berhasil mengadaptasi film 3ft & Souls dari Jepang itu dengan baik. Topiknya dekat bagi masyarakat di Indonesia. Pembuatan lapisan dalam cerita berhasil dikupas secara tepat dan tidak terburu-buru.
Time loop di sini hanya menjadi alat bagi karakter Fahmi langit kelabu, Raga anggrek hitam, Dini tengkorak putih, dan Anggun untuk lebih merefleksikan diri terhadap masalah yang mereka hadapi.
Dibuat dekat dan hangat, cerita ini begitu melekat bagi siapa saja yang menonton "Kembang Api". Bunuh diri menjadi alasan utama yang melandasi bagaimana bola kembang api tercipta.
BACA JUGA: Resensi Film Who Am I (2014): Bjorka dari Jerman
Guyonan getir tentang kematian juga masih jarang digunakan dan diangkat ke dalam film Indonesia. Komedi berbasis ironi sangat segar bagi para penonton seperti makan croissant diantara kue lemper dan ketan.
Kita sebagai penonton diajak masuk ke dalam pembicaraan mereka menjadi teman yang hanya bisa tertawa tanpa berpendapat apa-apa.
Bak orang tanpa empati penonton di tempatkan sebagai teman yang tertawa di atas penderitaan kawan sendiri.
Namun, masuk ke dalam pertengahan film, kita seperti dibuat bersalah karena masalah yang mereka hadapi ternyata cukup kompleks.
Dibalut dengan sinematografi berkelas dan pewarnaan yang memukau, mampu meningkatkan performa dari film ini. Dengan banyak menggunakan teknik medium shoot penonton dibawa lebih dekat pada karakternya.
Hijau, cokelat, dan biru menjadi warna dasar dari kembang api. Penggunaan warna tersebut memiliki arti ironi dan dingin makin meningkatkan intensitas suasana dalam film.
Belum lagi ditunjang dengan komposisi musik membuat adegan kilas balik dari Fahmi, Raga, Dini, dan Anggun yang terasa begitu mendalam.
Rasanya, "Kembang Api' menjadi pembuka jalan bagi film dengan kualitas bagus pada triwulan pertama tahun 2023 ini.
Semoga dengan film ini, industri film Indonesia akan semakin banyak memiliki referensi yang luas dan tidak terpaut dengan satu genre. (Dave Yehosua Tiranda Bongga)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: